"Beep...beep..", Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunanku
"Astaghfirullahal adzim," aku tersentak kaget di buatnya
"hey Mbak,kalau nyebrang lihat-lihat dong,masa ga lihat ada mobil,main nyebrang aja." gerutu sang punya mobil kepadaku sambil membuka kaca jendela mobilnya dengan nada suara yang keras membuat orang yang ada disekitar tempat itu menoleh dan memperhatikanku.
Mau ga mau aku pun harus meminta maaf kepadanya karena mungkin itu merupakan kesalahanku.
"Maaf pak", Ucapku sambil menangkupkan kedua tanganku didepan dada.
"Makanya kalau jalan jangan sambil ngelamun kalau tadi ketabrak gimana...!" gerutunya lagi kali ini dengan suara agak direndahkan.
"Iya pak,sekali lagi saya minta maaf," Ucapku dengan sedikit menundukan kepala.
Mobil itu pun berlalu untuk melanjutkan perjalananya,sebelum menutup kaca mobilnya si empunya mobil menggerutu entah apa yang di ucapkannya aku tak tahu.
Berulang kali aku ucapkan istighfar. "hampir saja," gerutuku dalam hati.tak di sadari ternyata semenjak aku keluar rumah sampai sekarang aku berada di halte,sepanjang perjalanan itulah aku melamun,entah kemana pikiran aku melayang.
Halte bus tempat biasanya aku menunggu agak sepi tidak terlalu banyak orang yang berada disana,aku pun duduk di bangku yang kebetulan tidak ada orang yang menempatinya,sesaat aku menarik nafas dalam-dalam,mencoba mencerna kembali kejadian yang baru saja aku alami.akibat kelalaianku hampir saja aku tertabrak mobil.Detak jantungku masih berdetak dengan kencang rasa terkejut itu belum lagi menghilang.tiba-tiba aku teringat akan perbincanganku dengan ibu ku tadi malam lewat telephone,setiap kata yang diucapkannya masih terngiang-ngiang dan berputar-putar di otakku.
Semalam seusai sholat isya seperti biasa aku membuka mini laptop ku guna mengerjakan tugas-tugas dari kantor yang belum sempat aku selesaikan,baru saja tangan ini memegang keyboard untuk memulai mengetik,tiba-tiba ponsel kesayanganku berbunyi,ku lihat di layar tertulis nama ibuku,dengan cekatan aku pun langsung mengangkatnya. terdengar suara seseorang setengah baya dengan suara agak serak suara seseorang yang aku rindukan menyapaku.
"Assalamu'alaikum Nduk,apa kabar?" sapanya dengan lembut membuat rasa rinduku padanya semakin menyeruak dalam hati.
"Wa'alaikum salam,alhamdulillah Bu,Berkat doa yang ibu panjatkan setiap hari Nisa sehat dan masih dalam lindungan-Nya.ucapku menjawab pertanyaanku.
Kami pun mengobrol panjang lebar,mengobati kerinduan yang ada di hati.sudah hampir satu bulan ini kami tidak berkomunikasi.Bukan aku tidak mau menghubunginya,tapi itu kemauan ibuku sendiri yang tidak mau kalau aku sering menghubunginya,katanya biar irit pulsa. Di akhir perbincangan kami,Ibu memberitahukanku sebuah kabar yang sangat mengejutkan.aku masih ingat betul dengan kata-kata beliau.
"Nduk,sebenarnya ibu telpon mau ngasih tahu tentang kondisi adik kamu.sudah hampir tiga minggu ia di rawat di rumah sakit,dan keadaannya semakin parah,dokter sudah memvonis kalau umurnya tidak akan lama lagi,ibu sudah tidak mampu lagi membayar biaya rumah sakit,uang tabungan peninggalan ayahmu sudah habis,hewan ternak peliharaan sudah habis terjual untuk berobat adikmu,uang kirimanmu tiap bulan juga tidak cukup untuk membeli obat-obatan yang terbilang sangat mahal. Ibu bermaksud akan membawa adikmu pulang ke rumah.biarlah ibu sendiri yang merawatnya.sambil berobat jalan." cerita ibuku dengan suara terputus-putus karena menahan tangisnya.
Mendengar cerita dari ibuku aku juga akhirnya ikut menangis,sesaat suasana hening,kami sama-sama terdiam hanya suara tangis ibuku yang terdengar di ujung telpon.aku mencoba untuk tabah,aku tidak mau memperlihatkan kesedihanku di depan ibu.aku tidak mau menambah kesedihan dan beban ibu. aku tidak mau kedengaran lemah di hadapannya.aku harus bisa mengatur suaraku agar tidak keliatan seperti orang yang sedang menangis.sesaat kemudian aku pun berkata,
"Ibu yang sabar yah,jangan terlalu ibu pikirkan mengenai biaya rumah sakit adik, Nisa akan bantu semaksimal mungkin,biarkan adik tetap dirawat rumah sakit agar ia bisa mendapatkan perawatan dari dokter.Nisa akan kirim uang secepatnya.Ibu yang sabar jaga kesehatan ibu.Nisa ga mau lihat ibu sedih terus,Nisa takut ikut jatuh sakit gara-gara terlalu banyak pikiran.insya Allah semua akan baik-baik saja karena Allah tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan kita.perbanyaklah berdoa memohon kepada-Nya.hanya itulah yang bisa kita lakukan saat ini.memohon pertolongan-Nya.semua ujian yang kita rasakan akhir-akhir ini dari-Nya,dan suatu saat ujian dan kesulitan itu pasti akan berakhir.allah telah berfirman bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan dan itu Allah ulang sampai dua kali.Nisa akan berusaha sekuat tenaga agar Nisa bisa membantu membiayai pengobatan adik." Dengan kata-kata yang sedikit panjang aku mencoba menenangkan ibuku meskipun kata-kata itu juga membuat menenangkan diriku sendiri. tidak lama setelah itu aku pun mengakhiri pembicaraan dengan salam dan peluk sayang dari jauh untuknya.
Air mata masih belum berhenti mengalir,entah mengapa beberapa tahun terakhir ini aku merasakan Allah semakin sayang kepada keluargaku.berbagai ujian datang silih berganti.berawal tiga tahun yang lalu ayahku meninggal karena kecelakaan,sampai penyakit adikku yang tak kunjung sembuh dan malah semakin parah.tiga bulan semenjak kematian ayah,adikku divonis oleh dokter mempunyai penyakit kanker tulang belakang.selama tiga tahun itulah adikku keluar masuk rumah sakit.dan satu bulan yang lalu penyakit adikku kian parah dan terpaksa harus di rawat inap.
Keluargaku merupakan keluarga yang sangat sederhana,sebelum meninggal ayahku hanya seorang pegawai negeri sipil yang berpenghasilan hanya cukup untuk makan dan kehidupan sehari-hari.sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya mengurusi kami,keadaan ekonomi keluarga ku kian melemah semenjak Ayah di pulang keharibaan-Nya.tapi,keluargaku masih tetap bersyukur karena masih mempunyai tunjangan dari pensiunan ayah dan dari bintang ternak yang kami miliki.namun,kini bintang ternak sudah habis terjual,tak tersisa satupun yang tertnggal hanya sebuah gubuk tua tempat ibuku berteduh.Dan hanya aku yang menjadi harapan mereka saat ini,hanya aku yang bisa membantu mereka.akulah yang menjadi tulang punggung bagi mereka sekarang ini.
"Ya Allah kenapa ujian ini terasa berat buat ku,apakah aku akan bisa menghadapi ujian ini." sesaat keraguan itu menghantui diriku.namun,aku segera tersadar bahwa aku masih punya Allah tempat aku bergantung dan meminta pertolongan,aku yakin tidak selamanya kehidupan ku terus begini pasti akan tiba massanya ujian ini akan berlalu pergi meninggalkanku.aku sangat yakin dengan janji Allah bahwa setelah kesusahan akan ada kemudahan.firman Allah inilah yang membuat hatiku sedikit kuat,sedikit tegar dalam menghadapi masalah hidup.Dunia selalu berputar,dan siang pun pasti akan berganti malam.
*******************
Aku masih memandangi laptop mini yang ada di depanku,tugas-tugas dilayar monitor menunggu untuk di kerjakan,"namun bagaimana mungkin aku bisa mengerjakan tugas-tugas itu sedangkan saat ini pikiranku sedang kacau aku sama sekali tidak bisa berkosentrasi.aku harus solat,aku harus menenangkan pikiranku,aku butuh Dia untuk mendengarkan jeritan hatiku,aku perlu curhat dengan-Nya,akan ku adukan kesedihan dan kegelisahan hatiku pada-Nya,meskipun pada hakikatnya Dia Maha Tahu apa yang terjadi dengan ku dan keluargaku,karena semua terjadi didalam kehidupanku adalah atas kehendak-Nya.namun,saat ini aku sangat membutuhkan-Nya.aku butuh pertolongan-Nya,aku butuh perlindungan-Nya,aku perlu kekuatan dari-Nya agar aku bisa kuat dalam menghadapi semua cobaan hidup ini." bisikku lirih sambil beranjak dari tempat tidur bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Sungguh,seumur hidupku aku baru bisa merasakan nikmatnya solat khusyu' tadi malam.solat yang benar-benar untuk-Nya,pikiran dan hatiku hanya tertuju pada-Nya,airmata yang mengalir karena mengharap belas kasihan dan pertolongan-Nya,jiwa yang merintih mengharap perlindungan dari-Nya. "sesungguhnya ibadahku,hidupku,dan matiku semata hanya untuk Allah". doa itu berulangkali aku ucapkan.hatiku seakan-akan ikhlas akan semua kehendak-Nya.
"Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan,wahayyi lanaa min amrinaa rashadaa (Ya Tuhan kami,berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami)." Doa yang tercantum dalam surat al-Kahfi ayat 10 aku baca berulang-ulang dengan airmata yang terus mengalir dipipiku.aku teringat perkataan Murobbiku, "jika kita sedang menghadapi masalah yang amat berat dalam kehidupan ini mintalah pertolongan kepada Allah,tak ada masalah yang berat jika di sandarkan kepada-Nya,insya Allah masalah seberat apapun akan menjadi ringan,dan bacalah doa yang tercantum dalam surat al-kahfi.insya Allah permasalahan kita akan di mudahkan jalan keluarnya." nasehat itulah yang selalu aku ingat dan aku coba terapkan dalam kehidupanku.
*************************************************
Sudirman...semanggi...kuningan..."suara kenek metromini membuyarkan lamunanku,bus yang aku tunggu akhirnya datang juga.
"cepetan ayo neng naik ga ada bis yang lain semua lagi pada mogok kerja.."celoteh sang kenek yang tak asing lagi di telingaku.
Setengah jam kemudian aku sampai dikantor tempat aku bekerja.baru kaki ini hendak melangkah ke tangga lobby,tiba-tiba dari jauh terdengar suara seseorang memanggilku.
"Nisa tunggu." teriaknya dari kejauhan sambil ia berlari-lari kecil menghampiriku.
"masya Allah Rahma,samppai segitunya teriaknya.malu lah di lihat orang,kita kan perempuan yang tahu agama.ga pantes rasanya teriak-teriak seperti itu."
"Iya Bu ustadzah aku khilaf." selorohnya di selingi senyuman yang paling manis untuk sahabatnya itu.
"Kamu ini bisa aja kalau bercanda." ucapku sambil membalas senyumannya yang tak kalah manisnya.
"Wah kayaknya ada yang habis nangis neh matanya sampai bengkak gitu,kamu habis nagis ya Nis,ada masalah lagi dengan keluargamu," selidik Rahma seakan-akan dia tahu betul problematika hidup yang sedang di hadapi Nisa.
"ceritalah sama aku siapa tahu aku bisa membantu meringankan beban yang ada di pundakmu."
Aku hanya terdiam tak sepatah katapun aku ucapkan untuk menjawab pertanyaan Rahma,toh tanpa di jawabpun ia sudah bisa menebak apa yang sedang aku hadapi.bisikku dalam hati.
"mendingan kita masuk dulu yuk..nanti kita telat lagi masuk ruangan kerja kita,bisa-bisa bos marah." ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"oke deh kalau begitu,tapi jam makan siang kamu harus cerita sama aku." Pinta Rahma dengan nada memaksa.
Aku hanya menganggukan kepala tanda menyetujuinya
Kami pun masuk kedalam ruangan kerja kami masing-masing.
Rahma adalah sahabat Liqo' ku sekaligus teman sekantorku.ia adalah sepupu dari Murobbiku,ia sahabatku yang paling baik,paling mengerti aku,aku merasa nyaman dan senang jika bersamanya,dengannya aku bisa berkeluh kesah bercerita tentang masalah kehidupanku,aku sungguh sangat mempercayainya,ia selalu ada setiap kali aku membutuhkannya.ia berikan bahunya kepadaku setiap aku butuh sandaran.ia adalah sahabat sejatiku.hampir 4 tahun aku bersahabat dengannya.umur yang lebih tua dariku membuat aku merasa mempunyai kakak di perantauan yang hidup sebatang kara tanpa saudara.meskipun dia berasal dari kalangan orang yang berada ia tak pernah membedakan status sosialnya dalam bergaul.semua saudaranya lulusan dari luar negeri termasuk Murobbiku.
************************************
"aku ga tau mau pinjam uang sama siapa lagi,ke bos ga mungkin hutang aku aja masih belum lunas,rasanya ga mungkin di kasih kalau aku pinjam uang lagi.uang tabunganku sudah habis sama sekali,bahkan sekarang aja aku belum membayar uang kost aku selama dua bulan,ibu kost sudah bolak-balik menagih haknya.mungkin saking kesalnya kemarin dia kasih warning ke aku kalau sampai bulan ini aku belum bayar juga aku disuruh pindah dari tempat itu.aku benar-benar bingung.aku rasa tidak akan sanggup beban ini sendirian,terkadang terbesit di hati ku kalau Allah tidak adil kepadaku,namun di sisi hatiku yang lain aku merasa dengan cobaan ini Allah sedang memuliakanku.Dia sedang mengistimewakanku.aku ga tau apa yang harus aku perbuat sekarang ini.pikiranku amat buntu."ceritaku siang itu kepada Rahma di kantin kantor tempat kami biasanya makan siang.tak kuasa aku menahan airmata ini,akhirnya aku menangis juga di hadapan sahabatku.untung pengunjung kantin tidak terlalu ramai sehingga tak ada orang yang memperhatikanku.
"Nisa,sungguh au sangat bangga kepadamu, diusiamu yang masih muda seperti sekarang ini kamu begitu tangguh,kamu begitu kuat menghadapi semua beban hidup yang berat ini.jika kau berada di posisimu belum tentu aku bisa sekuat dan setangguh kamu. Nisa kalau kamu mau pakailah uangku dulu,aku masih punya tabungan sedikit.rasanya cukup untuk membayar uang kost dan untuk berobat adikmu selama satu minggu.setelah itu baru kita cari jalan keluar yang lain." papar Rahma sambil menggenggam tangan Nisa yang tadi sempat gemetaran.
"Tapi..."belum sempat Nisa melanjutkan perkataannya,Rahma langsung berucap,
"Sudahlah Nis, ga usah kamu pikirkan pinjaman kamu yang dulu,aku sudah menganggap dirimu sebagai saudara dan keluargaku sendiri.kamu boleh mengembalikan uang aku kapan saja kamu bisa.lanjut Rahma menimpali perkataan Nisa yang tadi sempat terputus.
Mendengar kata-kata yang di ucapkan sahabatnya tadi air mata Nisa semakin deras mengalir,sambil sesunggukan Nisa berkata,
"Rahma berulangkali kamu menolongku,berulang kali kamu selalu ada untukku,aku ga tau dengan apa aku bisa membalas jasamu,aku begitu banyak berutang budi padamu,rasanya berterimakasih saja tak cukup,Rahma aku sangat berterimakasih kepadamu.tanpamu mugkin aku tak bisa berdiri tegak di perantauan ini,kamu selalu mengulurkan tanganmu untuk membantu aku,sedangkan aku rasa-rasanya belum bisa menjadi sahabat yang baik untukmu,yang ada malah aku selalu merepotkanmu."
"Nisa perlu kamu tahu aku belajar begitu banyak tentang hidup darimu,aku belajar sabar,tabah dan ikhlas darimu,sungguh kamu adalah sosok sahabat yang langka didunia ini.kamu sangat berharga dan berarti buatku,kamu adalah sahabat terbaikku." Ucap Rahma menimpali perkataan Nisa.
"Nisa sebenarnya aku juga mau menyerahkan titipan ini untukmu.ini surat dari sepupu aku.dia adalah adik dari Murobbi kita.tadi pagi ia memberikan padaku,ia mengamanahkan padaku surat ini untuk di sampaikan kepadamu,Insya Allah isinya kebaikan. Silahkan baca dengan cermat,aku ga bisa menjelaskan disini lebih baik kamu baca sendiri." Lanjut Rahma sambil menyerahkan sepucuk surat beramplopkan warna pink.
*************************************
Bintang-bintang dan rembulan memancarkan sinar yang terang malam ini,membuat langit nampak sangat indah,aku duduk seorang diri di bangku teras rumah kost.sesaat ku pandangi amplop surat yang aku pegang.aku ragu untuk membukanya.entah kenapa keragu-raguan itu muncul dalam hatiku.aku sama sekali ga pernah menyangka akan mendapat surat dari seseorang yang belum aku kenal.apa lagi seseorang itu adalah adik dari Murabbi aku.emang aku pernah mendengar namanya dan cerita kehidupannya dari sahabatku Rahma.namun itupun hanya sekilas,aku tak tahu banyak tentang kehidupannya.
"Abdul rahim namanya,seorang sarjana lulusan universitas al-Azhar,university of Cairo,dua tahun yang lalu dia baru pulang dari kairo. Dengan S2 yang di sandangnya tidak lantas membuat ia sombong dan tinggi hati.kesehariaannya ia pergunakan untuk dakwah menegakkan agama Allah.kini,ia merupakan ketua organisasi pemuda islam di wilayah tempat tinggalnya.selain itu ia juga menjadi Dosen disalah satu universitas islam ternama di jakarta.banyak organisasi-organisasi islam yang ia tangani.meskipun usianya terbilang masih muda,namun ia amat sangat di segani di masyarakat." hanya itu yang aku tahu tentang dirinya.yang membuat aku tidak mengerti dari mana dia tahu tentang diriku sedangkan bertemu dengannya saja aku belum pernah.mungkin Rahma atau bisa Murobbiku.Gumamku dalam hati.
Udara semakin dingin aku rasakan.akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke kamar kostku.masih terus kupandangi amplop surat ini.akhirnya dengan hati yang berdebar kencang aku pun memberanikan diri membuka amplop surat itu dengan sebelumnya membaca basmallah.
السلا م عليكم و ر حمة الله و بر كا ته
بسم الله الر حمن الر حيم
Untuk dek Nisa yang di cintai Allah
Sebelumnya ana minta maaf atas kelancangan diri ana menulis surat ini untuk dek Nisa,Mungkin ukhti bingung kok bisa aku mengenal ukhti,sekali lagi ana minta maaf.sebenarnya sudah dari dulu ana ingin menyampaikan risalah hati ana ke ukhti namun ana belum berani.ana tahu ukhti belum mengenal ana.namun ana banyak sekali mendengar cerita tentang ukhti dari Rahma dan juga kakak ana.sebenarnya ana sebelumnya sudah pernah melihat ukhti saat ukhti berkunjung ke rumah rahma,pada saat yang sama ana juga berada di sana,sungguh ana tak bisa membohongi perasaan ini,semenjak ana lihat ukhti pertama kali ana merasakan ada yang lain dengan perasaan ana,dari situlah ana mencari tahu tentang diri ukhti.mungkin tidak sulit buat ana mencari tahu tentang diri ukhti selain ukhti adalah murid kakak ana ukhti juga sahabat dekat sepupu ana.dengan ini ana bermaksud ta'aruf dengan ukhti,mungkin bukan hanya sekedar ta'aruf karena ana sudah mengenal ukhti dan juga keluarga ukhti meski ana belum sempat berkenalan langsung dengan mereka. ana bermaksud meminang ukhti untuk ana jadikan istri,mungkin ini terlalu tergesa-gesa buat ukhti,tapi ini sungguh murni dari lubuk hati ana yang paling dalam.sudah berulang kali ana solat istikharah meminta petunjuk kepada Allah,dan petunjuk itu selalu mengarah ke ukhti.ana tahu ukhti pasti ga bisa jawab sekarang,ana juga tidak butuh ketergesa-gesaan.ana tahu kalau ukhti juga butuh petunjuk dari Allah.namun ana sangat berharap jika ukhti mau mempertimbangkan niat baik ana ini.ada pun keputusannya nanti ana serahkan semuanya kepada ukhti.jika di terima ana sangat bersyukur dan berterimakasih.namun jika di tolak insya Allah tidak ada kecewa ataupun sakit hati.untuk sementara sampai disini dulu.jika nanti sudah mempunyai jawaban yang pasti balaslah surat ana dan titipkan ke Rahma.insya Allah apapun keputusan ukhti nanti akan ana terima dengan lapang dada.maaf atas kelancangan ana dan berterimakasih sudah mau membaca surat dari ana.kurang lebihnya ana minta maaf semoga Allah selalu melindungi ukhti bersama keliarga ukhti.aamiin
Salam Hormat dan Santun
Abdur Rahim
و السلا م عليكم و ر حمة الله و بر كا ته
Hatiku bergetar hebat,jantungku berdenyut begitu kencang saat saat ku baca surat darinya.sungguh di luar sangkaan dan dugaanku.tak pernh terpikir di benakku akan ada seorng lelaki melamarku secepat ini,aku rasa ini bukan waktu yang tepat.ini terlalu cepat buatku,aku belum bisa menikah secepat ini adik dan ibuku masih membutuhkan aku,jika aku menikah secepat ini siapakah yang akan menanggung hidupnya nanti.aku tak sanggup melihat hidup mereka bertambah sengsara tanpa diriku yang membantnya.namun,jika aku menolak baiknya apa yang harus aku katakan padanya.aku teringat hadits Rasulullah SAW yang berbunyi,"Jika ada seseorang yang baik agamanya datang meminangmu,maka terimalah jika tidak maka akan menjadi terjadi fitnah." aku juga tak mungkin menolak lamarannya.dia pemuda yang baik,sopan, dan memiliki akhlak yang baik.jika aku menolaknya aku takut akan terjadi fitnah.perasaanku bercampur aduk menjadi satu mencari mana jalan keluar yang terbaik yang harus aku ambil.
"Aku harus solat istikharah,aku harus meminta petunjuk dari-Nya.Dia-lah Dzat yang Maha Tahu apa yang terbaik untukku,akan aku serahkan semuanya pada-Nya."gumamku dalam hati.
"Ya Allah sesungguhnya dengan pengetahuan-Mu,aku memohon bantuan-Mu untuk menentukan pilihan,dan dengan kekuasaan-Mu aku meminta kemampuan (untuk melakukannya) dan aku meminta karunia-Mu yang agung.sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak berkuasa.sesungguhnya Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui,dan Engkau Dzat Yang Maha mengetahui atas hal-hal yang Ghaib,Ya Allah jika Engkau mengetahui urusan ini adalah baik untukku yaitu untuk agamaku,kehidupan dunia dan akhir dari urusanku,maka berilah kemampuan kepadaku untuk menjalankannya dan berilah kemudahan kepadaku.kemudaian berilah berkah kepadaku di dalamnya.dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini adalah jelek untukku yaitu untuk agamaku,kehidupan ku didunia dan akhir dari urusanku,maka jauhkanlah urusan itu dariku dan jauhkanlah diriku darinya.dan berilah (kemampuan) kepadaku untuk melakukan kebaikan,kemudaian berilah keridhaan-Mu kepadaku untuk melakukannya." Doa istikharah aku baca berualang-ulang seusai solat dengan harapan Allah memberiku petunjuk untuk mengambil keputusan.
keesokan harinya,seusai aku melaksanakan sholat shubuh ponsel aku berdering aku lihat di layar ponselku tertulis sebuah nomer baru yang tidak aku kenal,dengan agak malas aku pun mengangkatnya,
"Assalamu'alaikum,ini betul Nisa bukan?" terdengar suara seorang lelaki dengan suara yang besar di ujung telepon.
"Wa'alaikum salam,Iya benar saya sendiri,maaf kalau boleh tahu ini siapa yah?" Tanyaku penasaran
"Maaf Nduk ini Pak Leman, tetanggamu di kampung,tadi ibumu menyuruh bapak untuk meneleponmu.Gini Nduk,adikmu semalam meninggal dunia di Rumah sakit,dokter sudah tidak bisa menyelamatkan nyawanya lagi sakit adikmu kian parah.dan Ibumu menyuruhmu untuk pulang secepatnya.sekarang ibumu masih di rumah sakit mengurusi jenazah adikmu.." Cerita Pak Leman panjang lebar.
"Innalillahi Wa inna ilaihi Roji'un...iya pak.Nisa akan segera pulang tolong sampaikan ke ibu.Terimakasih Pak Nisa ucapkan atas bantuan dan kebaikan bapak.,"Ucap Nisa dengan suara terbata-bata karena menahan tangis.
"Yadah Nduk yang sabar,mungkin ini yangbterbaik buat adikmu.Pak leman mau kerumah sakit dulu buat bantu-bantu ibumu mengurusi jenazah adikmu untuk di bawa pulang..kalau pulang hati-hati yah!pesan Pak Leman mengakhiri telponnya.
"Ya Allah kini engkau telah mengambil adikku diusia yang masih muda,aku tahu ini adalah yang terbaik untuknya,ia sudah terlalu lama menderita menahan sakit,kini ia bisa beristirahat dengan tenang disisi-Mu.Ya Allah terimalah ia di sisi-Mu,terangilah kuburnya dengan cahaya-Mu,ampuni dosa-dosa yag telah ia perbuat. Dek..selamat jalan maafkan kakakmu yang belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu.
Ku hapus airmata yang mengalir di pipiku aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan.aku harus ridho terhadap ketentuan-Nya,yangbterbaik menurutku belum tentu terbaik menurut Allah,aku punya rencana Allah juga punya rencana dan yang pasti terjadi adalah rencana Allah.aku harus sesegera mungkin pergi ke stasiun agar siang nanti aku sudah bisa sampai kekampung.sebelum aku pergi kestasiun aku sempat mengirimkan pesan singkat ke Rahma memberitahukan berita kematian adikku sekaligus meminta tolong kepadanya untuk memintakan izin cuti kerja ke atasan.
***************************************
Jam 11.00 aku sampai kekampung halamaku.tampak dari jauh banyak orang bertakziah di rumahku,aku berlari-lari kecil memasuki halaman rumahku,aku dapati ibuku berada disamping jenazah adikku yang sudah terbungkus kain kaffan,ku lihat ia masih menangis,ku dekati ibu dan ku peluk erat.mendengar tangisan ibuku yang begitu pilu aku tak kuasa menahan airmataku,akhirnya airmataku pun jatuh juga.namun,secepat itu pula aku mengahpus airmataku,lagi-lagi aku tidak mau kelihatan lemah di hadapannya.setelah beberapa menit kami berpelukan aku bisikkan kata-kata untuk menenangkan ibuku.
"Ibu,kini adik kelihatan bahagia,ia tidak lagi merasakan sakit,ia sudah senang dan tenang disisi-Nya,kita harus melepaskan kepergiannya,allah lebih sayang ke adik sehingga Dia mengambilnya secepat ini.kita tidak boleh berlama-lama menangisi kepergian adik.biarlah dia berkumpul bersama ayah di syurga-Nya.dan pasti suatu saat nanti Nisa dan ibu pasti akan menyusul mereka." bisikku lirih
Mendengar kata-kataku ibuku sedikit tenang.ia tidak lagi menangis.setelah di solatkan jenazah adikku dimakamkan.proses pemakamannya berlangsung secara khidmat.gerimis kecil mnegantar kepergian adikku.kini tinggallah aku bersama ibu yang harus tetap berjuang melanjutkan hidup ini.
*********************************
Kupandangi foto ayah dan adikku yang menempel didinding disudut rumahku.sebuah foto kenangan ketika aku di wisuda.adikku tampak manis memakai jilbab warna pinknya,dan ayahku meskipun sudah tua namun ia masih gagah dan kelihatan masih muda,teringat akan kenangan-kenangan lamaku bersamanya.kenangan yang tak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku."Ayah-adik tunggu kakak dan ibu yah di sana.semoga kelak Allah memperkumpulkan kita di jannah-Nya." Ucapku lirih sambil memandangi foto mereka.
Tak terasa sudah tiga hari aku berada di kampung halamanku.aku belum bisa meninggalkan ibu sendirian dirumah tua ini.aku takut tak ada yang menjaganya.terbesit di hatiku ingin mengajakny kejakarta bersamaku.baru saja hendak mengutarakan niat ku ke ibu tiba-tiba ada yang mengetok pintu rumahku dari luar,
"Assalamu'alaikum..."terdengar suara salamdari luar Rumah.
Mendengar suara itu Nisa agak terkejut.Dia faham betul siapa yang empunya suara itu."Mirip suara Nisa."bisikku dalam hati sambil berjalan mendekati pintu rumah.
"Wa'alaikum salam..Masya Allah Rahma,Ustadzah,dan...." Ucapan Nisa berhenti ketika ia melihat seorang lelaki yang berdiri di belakang Rahma dan Murobbinya.
"Ana Abdur Rohim." Ucapnya memperkenalkan diri.
Melihat aku terdiam diri sesaat di depan pintu,Rahmapun berdehem dan berkata,
"Ehem...kok ngelamun Neng,masa seh ga mempersilahkan kami masuk,kami dah datang jauh-jauh loh.." Ledek rahma mengembalikkan ingatan Nisa yang tadi sempat melayang entah kemana
"Oya. Silahkan masuk.maaf yah tadi sempat terkejut aja ga nyangka kalau Rahma,ustadzah sama Mas Abdur bisa sampai ke sini.silahkan duduk..!bentar yah aku panggil Ibu..."Ucap NIsa sambil berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu.
Setelah mereka berkenalan dengan ibunya Nisa dan mengobrol sana-sini.tiba-tiba Ustadzah yang semenjak tadi hanya senyum-senyum dan berbicara seperlunya,kini ia berbicara serius dan keliatannya ada sesuatu yang hendak di sampaikannya.
"Maaf Bu, sebenarnya kami datang kesini selain bertakziah kami juga ingin menjalin hubungan keluarga dengan ibu,adik saya bermaksud meminang Nisa untuk di jadikan istri.sebelumnya niat adik saya untuk mempersunting Nisa sudah ia sampaikan kenisa,namun ia belum memberikan jawabannya,mungkin ini di anggap tergesa-gesa.tapi adik saya sebulan lagi akan melanjutkan study di Universitas madinah.sebelum ia pergi kesana ia berkeinginan menikahi Nisa terlebih dahulu.kalau Nisa setuju pekan depan bisa dilangsungkan pernikahannya.dan selama kepergian adek saya Nisa dan Ibu bisa tinggal di rumah kami.kebetulan kedua orang tua kami sudah meninggal dunia.jadi kami membutuhkan sosok orang tua di sana.tutur Murobbiku mengenai maksud dan tujuan kedatangannya ke rumahku.
Nisa tak bisa menolak lamaran abdur Rahim,ia pemuda yang baik dan bertanggung jawab,tiga hari setelah menerima pinangannya.Nisa dan ibunya pun pindah kejakarta.ia menetap di rumah suaminya.kesedihan-kesedihan yang keluarga Nisa alami akhirnya berganti menjadi kebahagiaan dengan menikahnya Nisa dan Abdur Rahim.