Sabtu, 09 Juni 2012

Ketulusan Cinta Doni Untuk Syifa (cerpen)


"Ummi, Syifa berangkat dulu yah?" Teriakku dari ruang tamu depan

"Syifa kamu ga sarapan dulu?"

"Ga deh Mi dah telat nih nanti Syifa sarapan di kantin aja?"

"Ya udah hati-hati nak..eh..eh tunggu syifa." Teriak ummi dari dapur sambil menghampiri Syifa.

"Kenapa Mi.."Ujarku

"Kamu ini kebiasaan berangkat ke kampus lupa untuk mengucap salam dan mencium tangan ummi.. "

"Iya Mi, maaf Syifa lupa lagi."

Ku cium tangan Ummiku, senang rasanya mempunyai Ummi yang selalu mengingatkan aku di kala ku terlupa, selalu menasehatiku selalu aku melakukan kesalahan. Ya itulah Ummiku, seorang Ummi yang paling baik dan paling berjasa dalam hidupku.

Hari ini aku harus datang ke kampus lebih awal, karena aku tidak mau ketinggalan jam pertama perkuliahanku, entah mengapa aku suka banget dengan cara mengajarnya Pak Hedi. sampai-sampai aku memasukkan Pak Hedi sebagai Dosen favorite ku. Ku percepat langkahku menuju halte terdekat, jalanan sudah ramai, berbagai macam kendaraan berlalu lalang di jalan raya, dari metromini, bus antarkota, mobil pribadi bahkan motor pun tak mau kalah bersaing dengan kendaraan lainnya.bahkan di titik-titik tertentu sudah nampak kemacatan. Kapan yah jakarta bebas dari macet, bisikku di dalam hati.

Sudah hampir lima belas menit aku berdiri menunggu di dalam halte namun bus yang aku tunggu belum juga datang, berulang kali ku lihat jam yang ada di tanganku, keresahan kini mulai menyerangku, rencanaku hari ini tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan, aku bakal terlambat sampai kampus, tidak mungkin rasanya aku sampai ke kampus hanya dengan 15 menit sedangkan jarak antara kampus dengan halte ini lumayan jauh, ku buka tas gendongku ku lihat isi dompetku, hanya ada uang 50 ribu jika ku pakai untuk naik taksi aku bakalan tidak makan hari ini. Tadi sarapan yang Ummi tawaran aku tolak. Mau puasa, tadi sudah kelewat minum air. Ku tarik nafas panjang mencoba untuk berdamai dengan keadaan yang ada

Sedang dalam kebingungan yang tidak tau bagaimana cara memecahkannya, tiba-tiba ada sebuah mobil sedan dengan warna yang begitu mengkilap berhenti tepat di depanku. Aku kenal betul siapa si-empunya mobil itu, cowok kampus yang norak, yang gayanya slenge-an, yang kerjanya ngibulin cewek-cewek di kampus, pokoknya banyak banget julukan untuk cowok yang satu ini. Merasa dirinya paling cakep tapi kenyataanya jauh dari perkiraanya. Entah mengapa aku begitu sebal dengan kelakuannya. Setiap hari aku tak pernah lekang dari godaanya.Sudah pakai hijab panjang pun aku masih tetap jadi sasarannya juga.

"Hai Syifa cantik, lagi nungguin bus yah, bus nya ga bakalan datang tadi soalnya sopirnya bilang ke gue katanya hari ini mau cuti bersama. "ucapnya di barengi dengan suara tawa teman-temannya.

Ku palingkan wajahku, mencoba untuk tidak menanggapi perkataanya. Ku coba menahan emosiku untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang menurunkan martabatku sebagai wanita muslimah. Ku gerakkan kaki ku mencoba untuk menjauh darinya. Beberapa langkah aku mundur ke belakang, pandangan mataku ku alihkan jauh-jauh, aku tidak mau memandang wajah seorang cowok yang tidak tau adab kesopanan. Apalagi agamaku melarang untuk itu.

"Ayo-lah ikut gue jangan suka jual mahal gitu deh, lagian loe bakalan terlambat kalau ga ikut mobil gue, emang loe mau nunggu bus sampai kapan? Bisa bengkak-bengkak nanti kaki loe karena lama berdiri di situ." Selorohnya lagi masih dengan nadanya yang sok cool and sok care

Aku masih dalam diamku, aku tak mau peduli dengan apa yang ia katakan, lebih baik aku menunggu berhari-hari di sini dari pada harus ikut dengan mereka, kalau aku sampai luluh dan menuruti ajakan mereka sama aja aku masuk kekandang macan, sama aja aku dengan bunuh diri. Tidak sudi banget. Bisikku dari dalam hati.

Melihatku diam tanpa respon apapun dariku akhirnya ia pun pergi berlalu meninggalkan aku. Aku sedikit bisa bernafas lega, terlintas di benak pikiranku untuk memakai jasa tukang ojek. Dalam keadaan gawat darurat tidak apa-apa rasanya untuk naik ojek, toh aku duduknya juga tidak bakalan nempel-nempel sama tukang ojeknya. Gumamku membela diri.

****###****

"Don, loe ngebet bangat sih sama tuh cewek, sudah jelas-jelas dia nolak loe masih aja loe deketin, jangan-jangan loe jatuh cintrong sama dia." Celetuk salah seorang Doni di barengi suara tawa-tawa teman-teman lainnya.

"Gue jatuh cinta sama dia ga banget lagi, gue cuman penasaran aja sama cewek itu, selama ini ga ada cewek yang terang-terangan nolak gue, secara gituloh apa sih yang kurang dari gue, tampang gue OK, dompet gue tebel, mobil gue mewah, orangtua gue kaya raya, cewek mana coba yang ga mau sama gue. Tapi cewek ini berani betul nolak gue, belum tau gue ini siapa. Gue kalau dah mau pasti gue dapetin.." Ucap Doni dengan nada yang begitu serius

"Gue berani jamin malam minggu ini gue pasti bisa jalan bareng sama dia.." Lanjut Doni

"Loe yakin bakalan bisa melunakan hatinya..?ucap Roy

"Nekat bener loe Don." Celetuk teman yang lain

"Kalian lihat aje.. Malam minggu akan gue datangi rumahnya. Dan jika misi gue sukses, gue akan traktir loe semua sampai puas.."

"Oke..Sipp..kalau itu gue mau.." Jawab teman-temannya hampir bersamaan.

***###****

Malam kian larut, suasana rumah Doni sudah nampak sepi, Pak Darjo dan Mbok Min sudah pun terlelap dalam tidurnya, merangkai mimpi-mimpinya, hanya sesekali terdengar suara Satpam sedang bercengkerama. Namun sementara itu di sebuah kamar yang amat luas Doni belum bisa memejamkan matanya. Ia masih teringat kata-katanya tadi, bahwa ia akan mendatangi Syifa ke rumahnya malam minggu ini. Sebenarnya ia tidak yakin dengan perkataannya itu, namun apa yang membuat seyakin dan se-nekad itu pun ia sendiri pun tak tau.

Apa yang harus aku lakukan untuk besok, persiapan apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus membawa bunga, cokelat atau puisi untuk menaklukannya? Apa ia akan semudah itu takluk kepadaku? Rasanya tidak. Syifa bukan seperti cewek kebanyakan. Ia tidak bakalan mempan dengan rayuan gombalku. Terus apa yang harus aku lakukan. Berbagai pertanyaan yang tidak ada jawabannya kini bermain-main di otaknya.

Entah siapa yang menggerakkan tangan Doni di atas keyboard laptop mininya, Tangannya kini begitu lincah menari di atas keyboard, Doni yang terkenal urakan,cool, funky kini berubah menjadi seorang puitis dan melankolis. Apakah sosok Syifa yang membuatnya kini pandai merangkai kata. Ataukah hanya sifat ego-nya yang membuat ia harus melakukan itu demi nama baiknya di depan teman-temannya.

Bulan...
Engkau cantik namun ada yang lebih cantik darimu

Bulan..
Sinarmu begitu cerah namun sinarmu masih terkalahkan oleh sinar yang terpancar dari wajahnya

Syifa nama gadis itu
Gadis berkerudung putih yang aku lihat tempo hari
membuat aku terpesona dan terpana
Tuturkatamu yang lugas mampu membuatku layu
Tingkah lakumu yang sopan membuatku selalu di landa kerinduan

Syifa..
Engkau sungguh beda dengan wanita kebanyakan
Ketika kebanyakan wanita tak pernah menolak jika aku meminta
Namun..engkau begitu tegas dan lugas menolakku

Syifa..
Engkau bak bunga mawar berduri
Engkau indah namun terlalu sulit untuk diri ini menjamahmu
Engkau Laksana matahari
Yang kehadiranmu selalu aku tunggu dan selalu aku nanti

Syifa..
Aku tak bisa memungkiri hatiku
Kehadiranmu di kampus telah mengubah pola pikirku
Meskipun sampai kini aku belum berani mengakui di depan teman-temanku
Bahwa bunga-bunga cintaku padamu
Kini mulai bermekaran hatiku.

Syifa..
Suatu saat engkau akan tau kesungguhan hatiku
Bahwa aku ingin mendapatkanmu
Bukan hanya untuk hari ini
Namun untuk selamanya.

Syifa..
Engkau cantik dengan busana muslimahmu
Engkau sangat berharga dengan hijabmu
Maafkan aku yang selalu menggodamu
Satu yang perlu engkau tau
Aku lakukan itu karena aku hanya ingin mendapat perhatianmu

****####****

Seusai Sholat maghrib aku, abah dan Ummi berkumpul di ruang tamu, seperti biasa setiap sabtu malam abah dan Ummi selalu memberi pencerahan padaku, sebagai anak perempuan satu-satunya aku mendapatkan perhatian yang khusus dibandingkan abangku, apalagi sekarang yang tinggal dengan mereka hanya aku, jadi panteslah lah kalau dia begitu perhatian sama aku.

"Nak, kamu sekarang sudah dewasa sudah seharusnya kamu mengetahui apa kodrat seorang wanita.." Ucap abah memulai pembicaraan

"Wahai anakku sudah saatnya kamu mulai memikirkan masa depanmu sebagai seorang wanita sudah pasti engkau akan meninggalkan rumah abah dan ummimu kelak jika kamu menikah, kamu akan ikut suamimu yang mungkin sebelumnya belum kamu kenal. maka jadilah kamu pelayan setia untuknya., niscaya nanti dia akan setia kepadamu."

Aku begitu serius mendengarkan apa yang abah ucapkan, abahku selalu rutin menasehatiku setiap akhir pekan, abahku tak jera-jeranya mengingatkanku tentang statusku sebagai anak gadis yang wajib menjaga diri dan kehormatan. senang rasanya mempunyai orangtua yang begitu care sama aku, karena aku merasa betapa banyak seorang anak yang tidak seberuntung diriku.

Sedang asyik dan serius mendengar ceramah dari abah, terdengar bunyi bel di luar rumah..ummiku secepat kilat beranjak di tempat duduknya, namun aku menahannya memberi isyarat kepada ummi.

"Ummi..biar syifa aja yang membukakan pintunya..Ummi duduk aja temenin abah ngobrol.."pintaku

Betapa terkejutnya diriku ketika kulihat seseorang yang berdiri di dekat pintu itu ternyata cowok slenge-an yang amat menyebalkan. aku mencoba untuk menutup kembali pintu yang sudah terbuka namun kedua tangannya menahannya sehingga usahaku untuk menutup kembali pintu itu sia-sia belaka...

"Syifa..please kasih gue kesempatan untuk ngomong ama loe. "pinta Doni dengan nada yang amat serius

"kamu ga bosen-bosennya yah goda-in aku, malahan sekarang kamu dah berani datang kerumahku, "ucapku dengan nada emosi

"Please.. kali ini aja..please..please..please..kasih aku kesempatan untuk bicara sama kamu.."

sejak kapan yah aku jodi sopan seperti ini sama cewek bicara aja ga pake gue and loe lagi, sejak kapan juga aku belajar ngomong aku dan kamu sama cewek..masa bodoh ah.. yang penting malam ini aku harus bisa mendengar suara syifa yang begitu merdu itu, gumam Doni dalam hatinya.

"Oke..aku kasih waktu lima menit tidak kurang dan tidak lebih.."

"kok cuman lima menit mana cukup untuk mengobrol.."

"mau ga, sudah untung aku kasih kesempatan, kalau ga mau silahkan pulang dan jangan pernah kembali lagi kerumahku ini." ucapku masih dengan nada yang sinis

"oke deh..tapi sebelumnya terimalah pemberianku ini dulu.." ucap Doni sambil menyerahkan setangkai bunga mawar, sekotak cokelat berbentuk hati dan sepucuk surat berwarna pink

"apa ini?"

"Ini adalah lambang cintaku padamu, maukah kamu jadi pacarku?"

Telingaku bak mendengar bunyi petir yang menggelegar, berani-beraninya ini orang ngajakin pacaran emang aku perempuan apaan, dasar laki-laki tidak tau aturan.

"Sudah ngomongnya..sekarang giliran aku yang ngomong yah..kamu tau kalau aku itu paling anti yang namanya pacaran, jika emang kamu cowok gentle jangan ngajakin aku pacaran tapi ajak aku nikah."

"Beneran kalau aku ajaki nikah kamu bakal menerimanya ?" tanyanya dengan nada kegirangan

"kamu tau apa syarat agar bisa menikahi aku?"

"apaa tuh syaratnya."

"Hafal al-Qur'an setidaknya dua juz dalam al-Qur'an. bisa??

Beberapa lama Doni terdiam tak ada jawaban dari mulutnya, ia tak tahu jawaban apa yang akan di berikan atas pertanyaan Syifa, apakah ia lebih baik mundur secara terang-terangan atau terus maju. ya, hanya ada dua pilihan maju atau mundur.

melihat Doni terdiam bak patung yang bernafas Syifa kembali melanjutkan perkataannya.

"aku tau kamu ga bakalan sanggup dengan syaratku, jadi lebih baik kamu pulang saja, tak ada gunanya lama-lama dirumahku. sebelum abah dan abiku keluar sebaiknya kamu tinggalkan rumahku secepatnya.

"Tunggu dulu Syifa, aku terima tawaranmu namun aku minta waktu, kasih waktu aku dua tahun agar aku bisa belajar dan bisa menjadi sosok pria yang kau inginkan.."

"oke aku kasih waktu dua tahun, datanglahlah dua tahun lagi di jam yang sama di tanggal yang sama dan dibulan yang sama.

******
Jam dinding di kamar ku menunjukan pukul 07.00, sinar mentari pagi yang masuk kekamarku melalui jendela kamar mulai menghangatkan tubuhku, bau masakan ummi pun kini mulai tercium oleh hidungku. Pagi ini entah kenapa kepalaku rasanya sakit banget, semenjak subuh sampai sekarang rasa sakit ini tak jua kunjung pergi, padahal obat penahan rasa sakit sudah aku konsumsi.

Tadi malam semenjak kepergian Doni dari rumahku, aku teringat terus dengan perkataanku padanya. Sebuah perkataan yang merupakan sebuah janji. ya..sebuah janji untuk menunggu kehadiranya kembali dua tahun kemudian meskipun janji itu tidak aku ucapkan terus terang.. Apakah aku bisa untuk menantinya? Apakah benar dia bisa berubah dan memenuhi syarat itu? Ataukah kata-katanya untuk memenuhi syaratku hanya sekedar penghias bibirnya semata, karena tak ada yang bisa di percaya darinya, dia tidak lebih dari seorang lelaki yang suka memanfaatkan kelemahan wanita. Jika ia benar-benar memenuhi semua syarat-syaratku siapkah aku untuk menjadi istrinya? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuat ku tidak bisa tidur semalaman. Mungkin itu salah satu penyebab kenapa kepalaku di serang rasa sakit yang begitu berat pagi ini. meskipun aku rasakan akhir-akhir ini sakit kepala sering menyerangku.

Aku coba untuk bangun dari tempat tidurku, kupegangi kepalaku dengan kedua tanganku, namun sia-sia belaka rasa sakit yang begitu berat membuatku tak kuasa untuk bangun dari tempat tidurku. Kali ini sakit kepalaku tidak seperti biasanya, aku merasakan sakit kepala yang amat dahsyat. Karena kondisi ku yang kurang sehat akhirnya aku memutuskan untuk tidak pergi kekampus, aku memilih untuk beristirahat sampai sakit di kepalaku benar-benar sembuh.

****

Suasana kampus nampak sepi, hanya terlihat beberapa mahasiswa sedang asyik mengobral di taman depan kampus, ku langkahkan kakiku menuju perpustakaan. Hari ini aku datang ke kampus agak siang di karena kan pagi tadi aku sempat check-up kesehatanku di rumah sakit, meskipun aku belum tau hasilnya namun setidaknya tanda tanya besar tentang sakit kepala yang sering aku rasakan akhir-akhir ini akan segera kuketahui.

sebulan semenjak kejadian itu, Doni tidak pernah kelihatan lagi di kampus. Menurut kabar dari teman-temannya Doni pergi tanpa kabar, ia pergi begitu saja tanpa pamit pada teman-temannya. Tapi menurut kabar dari orangtuanya Doni kini tinggal di rumah pakde dan Budhe nya di jawa timur.

Apakah kepergiaan Doni ke jawa timur untuk menggali ilmu agama ataukah sekedar pelarian saja, aku sendiri pun tak tau. Bisikku lirih dalam hati. Kepergiannya yang mendadak sontak membuat tanda tanya besar bagi teman-temannya. Mereka tidak pernah mengira kalau ketua gank-nya bakal pergi tanpa alasan yang pasti. Yang jelas semenjak kejadian itu aku tidak pernah melihat batang hidungnya lagi.

**********************

"Syifa Nur chasanah Jamil." Panggil salah seorang suster rumah sakit dengan ramah.

Mendengar namaku di panggil aku langsung beranjak dari tempat dudukku, ku langkahkan kakiku menuju sebuah ruangan yang kecil dan nyaman yaitu tempat di mana dokter Faisal berada. Aku memilih duduk di depannya, di sebuah kursi yang memang sudah di sediakan untuk pasien dan tamunya. Senyum Dokter Faisal dan Suster Hanni yang ramah membuat kegugupan dan kekhawatiranku hilang ketika.

"Assalamu'alaikum Dokter.."Sapaku penuh keramahan.

"Wa'alaikumus salam.." Jawabnya.

"Syifa, sejak kapan kamu merasakan sakit di kepalamu?" Tanya dokter Faisal kepadaku dengan nada yang cukup serius membuat rasa takut kembali menyerangku.

"Sudah hampir tiga bulan ini Dok, emang ada apa dengan kepala saya Dok, apakah saya mempunyai penyakit yang serius?"

"Syifa, saya harap setelah kamu mengetahui hasil pemeriksaanmu, kamu tidak berputus asa dan putus harapan. Karena permasalahan penyakitmu sudah amat serius."

"Katakan saja Dok, insya Allah saya akan tegar seburuk apapun penyakit yang saya derita. Karena saya sendiri pun sebelumnya sudah merasa kalau rasa sakit di kepalaku bukan sakit yang biasa"

Kusembunyikan kesedihanku sebisa mungkin , aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar, aku berusaha agar airmata ini tidak jatuh di hadapan Dokter Faisal. Meskipun Ia belum mengatakan hasil pemeriksaan yang sebenarnya padaku namun aku sudah bisa menebak bahwa sakitku lebih parah dari yang aku kira.

**********************

"Syifa, kamu mengidap kanker otak stadium 4, kamu harus melakukan operasi secepatnya, jika tidak di lakukan operasi maka kanker di kepalamu akan menjalar keseluruh kepalamu. Dan akibatnya syaraf-syaraf di aotakmu akan terjepit."

Ku sandarkan tubuhku di dinding kamarku, butiran-butiran airmata kini mulai menetes di pipiku, aku tak bisa menahan kesedihanku, aku lemah aku tak perdaya menahan semua ini. Cobaan ini begitu berat untukku, aku takut..aku belum siap dan aku belum ikhlas menerima ini semua. bagaimana dengan orangtuaku, bagaimana caraku untuk menyampaikan berita ini kepada mereka, aku tak sanggup jika menahan beban ini seorang diri, aku perlu dukungan, aku perlu pelukan abah dan ummiku, aku perlu mereka untuk berbagi rasaku..Ya Allah kenapa Engkau memberikan cobaan seberat ini padaku..bisikku dalam hati seakan-akan protes akan ketentuan-Nya.

**************

"Syifa anakku,hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35). Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia. " Nasehat Abah ku ketika ku katakan kepada beliau tentang penyakitku.

Abah begitu tegar menerima kenyataan ini, beliau begitu ikhlas dengan cobaan yang Allah berikan, tak terdengar pun kata keluhan dari lisannya. Yang sering terucap hanya kata sabar..sabar dan sabar. Tak ada gunanya untuk mengeluh, tak ada gunanya juga menentang takdir-Nya, semua sudah terjadi dan tak bisa di tarik kembali.

Berbeda dengan Ummi, beliau begitu terguncang dengan kabar yang aku sampaikan kepadanya, Beliau begitu sedih, airmata tak jua berhenti mengalir, beliau tak menyangka kalau anak perempuan satu-satunya harus menderita penyakit yang cukup parah. Aku yang saat itu duduk di sebelahnya pun tak kuasa menahan airmata ini, ku dekati ummiku dan ku peluk dirinya, aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya.

"Ummi, sudah Mi jangan buat Syifa bertambah sedih, Syifa butuh dukungan dari Ummi, jika Ummi lemah seperti ini bagaimana dengan Syifa nanti, Syifa butuh semangat dari Ummi dan Abah agar Syifa bisa melalui episode hidup ini. " Ucapku

"Syifa bener Mi, kita boleh bersedih tapi jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Abah juga sedih Mi, tapi kesedihan ini tidak akan merubah takdir Allah, ingat Allah tidak akan pernah memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya melebihi batas kemampuannya, Allah memberikan cobaan ini karena DIA tahu kita mampu untuk menerimanya. Abah yakin cobaan ini akan berlalu, kesedihan ini akan berubah menjadi kebahagiaan, dan rasa sakit yang syifa rasakan akan berubah menjadi karunia yang besar.dan ingat janji Allah sesudah kesulitan pasti akan ada kemudahan. "Abah berusaha untuk menghibur Ummi sebisa mungkin

Kini sedikit demi sedikit aku mulai ikhlas dengan takdirku, ku jalani hari-hariku semampuku, ku coba jalani peranku dalam hidup ini sebaik mungkin. Aku mencoba tegar menghadapi takdir, tak mungkin Allah menzolimi hamba-hamba-Nya. Dan aku yakin aku bisa menghadapi semua. Karena Allah Maha tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.

****#########************

Sementara itu di salah satu pondok pesantren terkenal di jawa timur Doni nampak begitu serius belajar ilmu agama. Dari al-Qur'an, al-Hadits sampai kitab-kitab rujukan ia pelajari. Kini sudah menginjak tahun yang ke dua Doni menekuni kehidupannya yang baru. ia sungguh berbeda dengan Doni yang dulu. Gayanya yang slenge-an, funky dan cool tidak terlihat dalam dirinya lagi. Ia sekarang lebih suka memakai sarung, peci dan baju kokonya, bahkan masjid kini menjadi tempat kesukaannya, membaca al-Qur'an menjadi hobbynya dan menghafalkan hadits menjadi makanan kesehariannya.

Keheneningan malam yang sunyi. Tatkala manusia terlelap dalam tidurnya, Dirumah Allah yang penuh kedamaian, seorang anak manusia sedang khusyuk dalam sholatnya, berdua-duaan dengan kekasih hatinya. Menikmati sujud panjangnya. Menikmati keindahan berkhalwat dengan Rabb-Nya. Seorang pemuda yang kini telah mendapat Hidayah dan karunia-Nya yang agung. Seorang pemuda yang demi mengejar cinta manusia rela melakukan segalanya. Pemuda itu tidak lain adalah Doni. Meskipun Kehadirannya di tempat ini awalnya hanyalah sebagai pelarian, dan sebuah tuntutan yang harus ia lakukan demi mendapatkan cinta seorang gadis. Namun pelarian itu Allah sambut dengan Hidayah-Nya. Hidayah yang begitu indah yang tidak bisa di bayangkan oleh akal dan logika.

Ia mulai menengadahkan wajahya, mengangkat kedua tangannya, lisannya melantunkan bait-bait do'a yang indah, airmatanya menetes membasahi pipinya, airmata taubat dan penyesalan. Airmata yang kelak akan menjadi saksi di alam akhirat. Dengan kesungguhan hatinya ia meminta kepada-Nya, ia bermunajat kepada Sang Penggenggam hidupnya

Ya Allah..
Betapa diri berlumur dosa dan maksiat
Ku akui dosaku menggunung tinggi
Namun aku yakin rahmat dan pengampunan-Mu seluas langit dan bumi
Ampuni aku Ya Allah.

Ya Allah..
Terimakasih atas semua nikmat yang telah KAU berikan padaku
Terimakasih KAU telah menunjukanku kejalan yang lurus
Ketika ku berdiri di persimpangan jalan
Ketika aku tak tau arah mana yang akan ku tempuh
Kau hadir dengan sejuta rahmat-Mu

Ya Allah..
Awalnya aku datang kepada-Mu hanya sebagai pelarianku
Namun KAU balas pelarianku ini dengan hidayah-Mu

Ya Allah..
Kini aku tau apa tujuan Engkau menciptakanku
Tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk beribadah kepada-Mu

Ya Allah..
Terimakasih Engkau telah mempertemukanku dengan seorang gadis yang luhur budi pekertinya
Seorang gadis yang mengantarkanku kepada hidayah-Mu

Ya Allah..
Jika Engkau izinkan aku ingin mempersuntingnya
Jika Engkau izinkan ia menjadi pendamping hidupku
Mudahkan jalannya Ya Allah
Dan kutitipkan cintaku padanya hanya kepada-Mu

Ya Allah..
Jagalah dia
Naungilah dia dengan naungan-Mu
Tuntunlah langkah-langkahnya
Istiqamahkan dirinya
Dan tegarkan lah hatinya di kala ia rapuh
Sehatkan jasad dan Rohaninya.

Ya Allah..
Kini ku sematkan cinta di hati ini hanya untuk-Mu
Ampuni niat-niat ku yang salah selama ini
Tuntun dan lindungi aku selalu agar aku tidak mudah tergelincir dalam meniti hidup ini

*******
"Kawan..
Suatu ketika kita pernah jatuh cinta
Suatu ketika kita mungkin pernah jatuh hati
memendam rasa kepada seseorang yang kita kagumi.

Namun..
Banyak sekali yang salah mengekpresikan cinta
Sehingga ia terpedaya oleh cintanya

Sahabatku..
Mari kita alihkan energi cinta kita
Bukan untuki melihat bukan hanya untuk memikirkan bahwa dirinyalah yang terbaik bagi kita

Namun..
Untuk memepersiapkan sehingga jika suatu saat Allah telah memberikan pada kita satu yang tepat untuk diri kita
Kita akan berkomitmen dengan dirinya

Sahabatku..
Para pecinta sejati bukanlah ia yang mengumbar-umbar pesona cintanya
Namun..
Para pecinta sejati ialah ia yang siap komitmen memberikan cintanya hanya untuk yang halal bagi dirinya

Saudaraku..
Mari kita bngun cinta hingga cinta kekal sampai ke syurga."

Lagu Nasyid dari negeri jiran yang berjudul jangan jatuh cinta yang aku putar di tape recorder kini mengalun indah di kamarku, lirik-lirik nya mampu membuatku terhanyut oleh perasaanku sendiri, perasaan seorang wanita yang merindukan sosok kekasih hati. Sesaat ku teringat dengan nya. Sosok pemuda yang hampir dua tahun yang lalu bertandang kerumahku, sosok pemuda yang bergaya cool dan funky telah berjanji akan datang lagi setelah dua tahun dengan memenuhi syaratku. Terlintas akan pemberiannya malam itu,setangkai bunga mawar yang aku tolak, satu kotak cokelat berbentuk hati dan sepucuk surat bersampulkan amplop berwarna pink. Aku buka laci meja kecil sebelah tempat tidurku. Nampak kedua benda itu masih bergeletak sama persis seperti waktu pertama kali aku menyimpannya. Aku belum lagi menjamahnya, surat itu belum pernah aku buka begitu juga dengan cokelat itu, kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupku akhir-akhir ini membuat ku hampir melupakannya. sekilas ku pandangi kedua benda itu, ku gerakkan tanganku, ku beranikan diri untuk mengambil dan membukanya.

"Maaf Syifa jika aku mencintaimu dan berkeinginan memilikimu "

Butiran-butiran kristal di kedua mataku jatuh menetes di atas selembar surat yang aku pegang. Ternyata selama ini aku salah besar berprasangka buruk tentang isi surat itu. Bukan puisi, bukan juga rayuan gombal seperti yang aku kira. Setitik kerinduan kini menyelinap hatiku, rasa mengharap ia datang kembali kini menyeruak di dalam sanubariku. Entah kenapa perasaan itu tiba-tiba hadir. Apa karena tulisan yang barusan aku baca atau memang selama ini tanpa aku akui aku mengharapkan kedatangannya.

"Doni, dimana kamu sekarang? Apakah kamu sekarang sedang bekerja keras untuk memenuhi syarat-syaratku ataukah sekarang kamu masih seperti dirimu yang dulu, memanfaatkan setiap wanita yang menyukaimu? Bagaimana jika ia datang sesuai dengan janji dan syarat yang telah di sepakati, apa yang akan aku katakan padanya, aku bukan Syifa yang dulu, Syifa yang sekarang adalah Syifa yang penyakitan, jangankan untuk mengurus suami mengurus diri sendiri aja aku masih butuh bantuan orang lain." Pertanyaan-pertanyaan yang aneh mulai masuk ke pikiranku.

***

"Syifa sudah siap belum, sudah sore ini nanti keburu hujan, kita sudah janji denga dokter Faisal untuk datang Therapy sore ini." Teriak Abangku dari luar kamar.

"Iya Bang, Syifa lagi ganti baju nih..?"

Cepat-cepat aku hapus sisa airmata yang masih menempel di pipiku, ku simpan kembali surat yang dari tadi ku pegang. Ku berbegas merapikan diri guna pergi therapy bersama Abangku. Sudah hampir satu tahun ini aku rutin mengikuti therapy yang di sarankan oleh Dokter dan alhamdulillah hasilnya kini rasa sakit di kepalaku jarang menyerangku meskipun aku harus kehilangan rambutku akibat dari therapi itu. Semua itu tidak lepas dari jasa abangku dan kedua orang tuaku. Terutama abangku yang terpaksa menunda S2 nya hanya demi aku. Ia lebih memilih pulang ke indonesia dari pada meneruskan sekolahnya di Madinah. Sampai kini aku masih kelihatan sehat meskipun daya tahan tubuhku tak sekuat dulu. Jika kesehatan terus-terusan membaik aku akan segera operasi. Selepas wisudaku nanti.

*********#####***********

"Anakku, jangan kamu terlalu mencintai dunia karena dunia ini akan hancur, dan kesenangan didunia hanyalah tipuan semata, jangan kamu sibuk dengan urusan dunia lalu kamu lupa akhiratmu.ingatlah firman Allah dalam surat ali-Imron ayat 185 yang artinya :"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." Nasehat Kiai besar pondok saat aku berpamitan untuk kembali ke jakarta.

Kucium tangan beliau beribu terimakasih aku ucapkan, sungguh sangat besar pengorbanan beliau dalam mendidikku, berkat keuletan dan kesabaran serta kegigihan beliaulah aku menjadi seperti sekarang ini. Rasanya sebanyak apapun terimakasih yang aku ucapkan padanya tidak akan pernah sepadan dengan ilmu yang aku dapat. Dua tahun rasanya belum cukup untuk aku menimba ilmu di tempat ini. Masih terlalu banyak yang harus aku pelajari. Namun janjiku pada seseorang membuatku harus meninggalkan pondok ini untuk sementara waktu. Ya sementara waktu Karena aku masih selalu berharap suatu saat bisa datang ketempat ini lagi.

Ku langkahkan kakiku keluar dari pondok ada perasaan bahagia menyelimuti hatiku, perasaan yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Hatiku merasa tenang setelah aku belajar ajaran agama-Nya. Kini langkahku semakin mantap untuk meniti kehidupan. karena hidup adalah perjalan panjang menuju akhirat yang kekal.

********************

10 juni 2012 pukul 19.30 tepat dua tahun yang lalu janji itu telah terucap, janji untuk meminang seorang gadis dengan syarat hafal 2 juz dalam al-Qur'an, kini ku telah siap untuk mendatangi ia kembali guna memenuhi syarat yang telah di sepakati. Gumam Doni dalam hati.

Ku parkirkan mobilku tepat didepan rumah Syifa, ku pandangi rumah nya yang terang oleh cahaya lampu, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya, nafasku berirama tak beraturan. bismillahirohmanirrohim, permudahkan jalannya Ya Allah.. Bisikku lirih. Ku tarik nafas panjang guna menenangkan hatiku. Ku baca do'a nabi Musa saat menghadapi Fir'aun meminta pertolongan Allah agar semua berjalan lancar.

"Assalamu'alaikum.." Sapaku begitu pintu di buka

"Wa'alaikumus salam wr wb, maaf mau ketemu siapa dan ini dengan siapa.." Tanya Bang Jamil

"Maaf ini benerkan rumah Syifa, saya Doni teman Syifa dan Saya ada janji sama Syifa. Ucap Doni memastikan

"Ouh kalau begitu silahkan masuk."

"Sebentar yah saya panggilkan Syifa silahkan duduk dulu." Lanjut Bang Jamil

Doni...mendengar nama itu aku bak di sambar petir di siang bolong, aku tak menyangka kalau ia bener-bener akan datang kembali, bibirku kelu, langkahku gontai, aku tak tau apa yang harus aku lakukan nanti. Ingin aku mengusirnya namun itu sungguh tidak sopan, ingin aku menyambut kedatangannya namun aku tak pantas lagi untuknya. Apa yang harus aku perbuat Ya Allah. Bisikku lirih mengharap pertolongan-Nya.

"Syifa cepetan Doni sudah lama menunggu."Teriak abangku dari ruang tamu.

Ku buka pintu kamarku, dari kejauhan ku lihat sosok Doni sedang duduk berhadapan dengan abangku, Subhanallah itukah Doni, aku hampir tidak mempercayainya. Dia bukan Doni yang dulu, gayanya yang slenge-an dan rambutnya yang jambul tak ada lagi ada pada dirinya. Sebutan MasBro tak pantas lagi untuk dirinya. Kini sebutan yang pantas untuknya adalah Akhi.

"Assalamu'alaikum Syifa." sapa Doni begitu melihatku.

Subhanallah..lagi-lagi aku di buat kagum olehnya pandangan matanya yang dulu liar telah ia tundukan. Ia sekarang sudah gadhul bashor.

"Wa'alaikumus salam wr wb.." Jawabku

"Syifa, Doni datang sesuai dengan janji yang telah Doni ucapkan dan Doni pun sudah siap dengan syarat yang Syifa berikan dua tahun lalu. Jika Syifa mau Syifa boleh mengecek hafalan Doni sekarang." Ucap Doni dengan begitu mantap.

Abangku yang duduk di sebelahku hanya diam tanpa kata sesekali ia melirikku, sesekali juga ia memandang Doni yang ada di hadapannya. Aku tak tahu apa yang harus katakan padanya, suasana hening seketika. Melihat Suasana yang hening Doni mencoba mencairkan suasana

"Doni mulai baca aja yah biar Syifa yakin dan biar Syifa tidak ragu lagi dengan Doni." Lanjutnya.

Ayat demi ayat mulai keluar dari lisan Doni, Suara Doni begitu indah melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an. Tak terasa airmataku menetes saat ia mulai membaca surat al-Waqi'ah, bacaan yang indah tajwidnya yang fasih membuatku terharu serta makna yang mendalam dari surat itu berupa ancaman Allah dan siksa-Nya membuat airmata ini semakin deras mengalir.

"Cukup, aku rasa cukup. Aku yakin kalau Doni sudah hafal 2 juz dalam al-Qur'an mungkin bahkan lebih.. tapi aku minta maaf karena aku tidak bisa menerima Doni. Sekali lagi aku minta maaf.. Ucapku dengan lirih karena menahan tangis.

"Kenapa Syifa?? Apa karena Syifa penyakitan?? Abang syifa sudah menceritakan semuanya pada Doni. Dan Doni tidak tidak peduli dengan kondisi Syifa yang sekarang. Bagi Doni Syifa adalah seseorang yang berjasa besar dalam hidupku, karena perantara Syifa-lah Doni yang mendapat sesuatu yang sangat berharga yaitu Hidayah-Nya.apakah hanya lantaran Syifa sakit lalu Syifa menolak Doni. Perlu Syifa ketahui Doni menikahi Syifa bukan fisik atau pun hati Syifa. Doni melakukan ini semua karena Allah. Doni ingin menggenapkan separuh dien ini, dan Doni yakin Syifalah yang telah Allah pilihkan untuk Doni."

"Tapi Doni aku sakit aku tak tau kapan sakit ini akan hilang, bisa jadi sebentar lagi aku akan mati, aku sudah tidak pantas untuk Doni. Masih banyak di luar sana gadis yang lebih dari pada aku, masih banyak gadis diluar sana yang sehat tidak seperti aku, yang mengurus diri sendiri aja tidak mampu." Ucapku dengan sesenggukan.

Ku hapus airmata yang terus menerus mengalir dari kedua mataku.

"Syifa izinkan Doni menikahi Syifa karena Allah, Izinkan Doni berbagi suka dan duka sama Syifa. Izinka Doni meringankan beban Syifa, Izinkan Doni menghapus airmata Syifa dan memeluk Syifa saat Syifa sedang merasakan sakit, Menikahlah dengan Doni." Ucap Doni penuh harap

"Syifa..sudahlah terimalah Doni, penuhi permintaannya, wujudkan niat baiknya." Abangku yang sedari diam kini mulai angkat bicara

ku tarik nafas panjang, airmata ini belum juga mau berhenti, begitu juga dengan Doni. Kini ia kelihatan gelisah, ia menanti jawaban dariku. Jawaban yang menentukan masa depannya nanti

"Oke, aku terima tawaran Doni, tapi aku minta nikahi aku sekarang, aku takut umurku tidak sampai besok. Jika besok aku mati aku bisa bahagia karena sudah memenuhi janji dan permintaan Doni."

"Oke Doni siap tapi Doni saat ini belum mempersiapkan maharnya. Bagaimana kalau Doni pulang kerumah sebentar untuk mengambil sesuatu yang bisa di jadikan mahar." Ucap Doni.

"Tidak perlu, Doni bisa menikahi Syifa dengan hafalan Al-Qur'an Doni. Kita tinggal tunggu abah dan ummi pulang. Biarlah Abah yang menikahkan aku dan Abang serta Mang Yamin sebagai saksinya nanti.

****
Kini dua insan telah berjanji dalam pernikahan, berikrar untuk menjadi suami istri yang saling melengkapi dan berbgi.
Pernikahan adalah sebuah perjanjian besar dimana dengan perjanjian tersebut Arasy Allah ikut bergetar. Menikah bukan hanya menyatukan dua hati namun juga menyatukan dua pribadi yang berbeda karakter dan pandangan hidup.

T H E E N D

2 komentar:

  1. Ada kedamaian setelah baca ceritanya.....
    Nice...

    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah mampir di blog saya..semoga bermanfaat :)

      Hapus