Jumat, 17 Februari 2012

Tamani aku hingga ke syurga



Mari lewati lorong waktu, menyusuri jalan-jalan dunia yang penuh tipu daya, dengan kebersamaan. Tapaki pergiliran pagi, siang, petang dan malam, yang penuh liku, dengan persahabatan dalam keimanan. Di dunia ini, kita harus saling berpegangan tangan. Harus. Kita tak mungkin selamat mengharungi bahtera kehidupan yang sangat luas dengan ancaman badai fitnah ini, seorang diri. Kita tak dapat lolos dari ancaman fitnahnya dengan hanya mengandalkan kemampuan sendiri. Kerana, kita diciptakan sebagai makhluk yang penuh kelemahan dan mudah terpedaya.
“Dan diciptakan manusia itu dalam keadaan lemah.” (Qs. An Nisa:28)
Saudaraku,
Kebersamaan dan pertemanan di jalan Allah lah yang akan menghantarkan kita menyelesaikan hidup dengan kebaikan. Persaudaraan, kebersamaan dan persahabatan di jalan Allah lah yang juga akan mengiringi kita pada kebahagiaan akhirat. Allah SWT memberitakan bahwa hanya pertemanan atas dasar iman dan takwalah yang abadi.
“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67).
Ibnu Katsir mengatakan, “Seluruh pertemanan dan persahabatan yang tidak kerana Allah pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan.” Begitu juga pesan Rasul SAW dalam haditsnya, yang menyebutkan bahwa kita akan dibangkitkan di hari kiamat bersama orang yang kita cintai.
Saudaraku,
Merenunglah. Siapa orang-orang yang kita cintai? Siapa orang-orang yang paling dekat dalam hidup dan hati kita? Siapa orang yang menghiasi ingatan kita? Siapa orang yang menemani langkah-langkah hidup kita? Orang solehkah dia? Mengajak pada kebaikan dan keridhaan Allah kah dia? Bayangkanlah persahabatan orang beriman di akhirat sebagaimana digambarkan oleh Ali bin Abi Thalib RA. “Ada dua orang mukmin yang bersahabat dan berteman akrab. Salah seorang di antara keduanya meninggal lebih dahulu dan ia mendapat berita gembira dengan syurga. Ketika itu ia mengingat teman akrabnya di kala di dunia lalu in berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya fulan adalah teman akrabku, dia yang menganjurkanku berlaku taat kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu. Dia yang mengajakku melakukan kebaikan dan mencegahku melakukan kemungkaran. Dia juga yang menyadarkanku akan pertemuan dengan-Mu. Ya Allah jangan Engkau sesatkan dia sepeninggalku sampai Engkau memperlihatkan kepada-nya kenikmatan yang Engkau berikan padaku dan sampai Engkau meridhainya sebagaimana Engkau ridha kepadaku,” Maka Allah berkata kepadanya, “Pergilah, seandainya engkau tahu yang Aku berikan kepadanya pasti engkau akan banyak tertawa dan sedikit menangis. “
Kemudian teman akrabnya itu meninggal dan ruh mereka bertemu. Dikatakan pada mereka, “Saling memujilah kalian kepada sahabat kalian.” Maka masing-masing mereka mengatakan, “Dia adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik saudara, sebaik-baik sahabat….”
Duhai indahnya. Pertemuan yang sangat mengesankan dan penuh kegembiraan.
Saudaraku,
Banyak kisah-kisah yang ditinggalkan para salafusoleh tentang keadaan mereka setelah meninggal dunia. Di antaranya disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Ar-Ruh. Abdullah bin Mubarak mengatakan, “Aku mimpi bertemu Sufyan Ats Tsauri beberapa hari setelah ia meninggal dunia. Aku bertanya padanya, “Apa yang Allah lakukan terhadapmu sekarang?” Ia menjawab, “Aku bertemu Muhammad (SAW) dan pasukannya..”
Dalam kisah lain, Ibnu Abid Duniya menyebutkan sebuah riwayat dari Yaqzhah binti Rasyid yang bercerita, “Marwan Al Mahlamy adalah tetanggaku. Dulu dia seorang hakim dan bersungguh-sungguh dalam ibadah ketika meninggal dunia aku menangkap kegembiraan yang terpancar dari mukanya. Tak berapa lama setelah itu aku mimpi bertemu dengannya, seperti layaknya mimpi yang terjadi dalam tidur. Aku bertanya, “Wahai Abu Abdullah apa yang Allah lakukan terhadap dirimu.“ Ia menjawab, “Allah memasukkan aku ke dalam syurga,” jawab-nya. “Kemudian apalagi?” “Aku dipertemukan dengan golongan kanan,” jawabnya. Kemudian apa lagi?” “Aku dipertemukan dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah.” Aku bertanya, “Siapa orang yang engkau lihat di sana?” tanyaku. “Aku melihat Al Hasan bin Sirrin dan Maimun bin Sayyah,” jawabnya.
Seperti itulah keadaan mereka setelah meninggalkan dunia. Bertemu dengan orang-orang yang dahulunya menjadi teman dan penghias hari-hari mereka. Orang-orang soleh yang menjadi ingatan mereka dalam hidup. Mereka itulah yang akan menemaninya di alam akhirat.
Saudaraku,
Hati-hatilah menyusuri jalan kebersamaan dengan orang-orang soleh. Waspadalah untuk tidak melakukan penyimpangan, yang membuat kesenjangan diri kita dengan mereka. Salim bin Abi Ja’ad mengatakan bahwa Abu Darda pernah berkata, “Hendaklah seseorang berhati-hati bila ia dibenci oleh hati orang-orang beriman dari arah yang tidak ia sadari.” Kemudian sahabat Abu Darda bertanya, “Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan kata-kata itu?” Salim mengatakan bahwa ia tidak mengerti. Abu Darda menjelaskan, “Yaitu seorang hamba bermaksiat kepada Allah dalam keadaan sendiri lalu Allah menghunjamkan kemarahan-Nya dalam hati orang-orang beriman tanpa ia sadari.” (Al-Hilya: 1/215)
Kemarahan hati orang beriman, adalah kesengsaraan. Kebencian orang-orang yang beriman adalah pangkal kesempitan dan penderitaan. Kerana merekalah sebenarnya yang dapat mengubah dunia dengan segala permasalahannya menjadi indah. Mulut-mulut merekalah yang menuangkan nasihat dan membicarakan kalimat demi kalimat yang dapat menentramkan hati. Lidah-lidah merekalah yang menyiram hati kita untuk senantiasa berada dalam keridhaan dan tidak terlalu jauh menyimpang dari ridha Allah SWT. Tangan-tangan merekalah yang menuntun kita. Telapak tangan merekalah yang tertengadah di malam sunyi dan gelap malam hingga memberi kekuatan iman dalam diri kita. Ingatlah sabda Rasulullah SAW tentang do’a seorang mukmin di tengah malam yang dijamin diterima Allah SWT.
Saudaraku,
Bersahabat dengan mereka, akan mendekatkan kita pada Allah. Dan ketaatan kita pada Allah, juga akan mendekatkan kita pada mereka. Ibnu Asakir meriwayatkan, Abu Darda‘ menulis surat pada Maslamah bin Makhlad. “Seorang hamba jika ia telah berbuat kebajikan untuk taat kepada Allah, maka Allah mencintainya. Bila Allah telah mencintainya, Allah akan menjadikan makhluk cinta padanya. Dan bila ia bermaksiat pada Allah, maka Allah akan memarahinya. Bila ia telah dimarahi olehNya, Maka Allah akan menjadikan seluruh makhluk benci padanya.” (Al Kanz, 8/255)
Semoga Allah menghimpun kita dalam golongan orang-orang yang mendapat ridha-Nya di akhirat.
Amin Allahuma amin..
P.S. Tuntuni aku hingga ke syurga.

Kamis, 16 Februari 2012

Cinta Pada pandangan Pertama

cinta pada pandangan pertama,di lihat dari judulnya mirip dengan judul lagu yah.tapi tenang aja artikel ini bukan untuk membahas judul lagu tersebut.kata sebagian orang cinta berawal dari mata lalu turun ke hati.Mungkin sebagian orang pernah merasakan cinta pada pandangan pertama,apakah benar cinta bisa langsung terdeteksi saat pertama kita melihatnya?


Tadi malam aku mendengarkan kajian Samara di salah satu stasiun Radio yang temanya menyangkut cinta pada pandangan pertama,menurut nara sumber acara tersebut,cinta pada pandangan pertama bisa saja terjadi, reaksi pertama yang akan muncul saat itu adalah bergetarnya hati,getaran yang mungkin di anggap tidak wajar karena getarannya mencapai 8,9 ritcher (hehe sedahsyat gempa dijepang.hehe narsis.com).namun sebagai orang islam yang faham dengan ajaran islam ia tidak akan meneruskan pandangan-pandangan yang selanjutnya.karena islam mengajarkan ummatnya untuk "Ghadhul bashar" atau menundukan pandangan.pandangan pertama diperbolehkan karena mungkin  faktor ketidak sengajaan,namun pandangan kedua dan seterusnya tidak di perbolehkan karena ia merupakan faktor kesengajaan.


Jika saat pertama memandangnya kita sudah merasakan reaksi cinta,solusi yang terbaik adalah mendatangi walinya dan meminangnya.namun, anak-anak muda zaman sekarang menerapkan persepsi yang salah yaitu berawal dari pandangan mata,kenalan,ketemuan dan di lanjutkan jalan bareng (pacaran) sungguh itu persepsi yang salah,papar beliau. Tak ada namanya jalan bareng sebelum pernikahan, tidak ada ajaran islam yang mengajarkan.jika ingin membina suatu rumah tangga yang islami maka jalan yang harus di tempuh untuk mendapatkan pasangan juga harus melalui cara-cara yang islami.


Pandangan mata ibarat sebuah arak yang bisa memabukkan jika kita tidak bisa mengimbangi dengan keimanan karena dari pandangan matalah mula-mula awal perzinahan


Cinta menurut Ibnu Qayyim adalah,"cinta laksana sebuah pohon yang tumbuh di dalam hati akar-akarnya adalah rasa rendah di hadapan Dzat yang dicintainya.batangnya adalah mengenal-Nya,rantingnya adalah rasa takut kepada-Nya,daun-daunnya adalah rasa malu kepada-Nya,buahnya adalah taat kepada-Nya.dan bahan yang di buat untuk menyiramnya adalah mengingat-Nya (dzikir) jika salah satu hal tersebut tidak ada dalam cinta maka cinta tersebut tidak sempurna."

Jika diantara kalian yang saat ini sedang merasakan jatuh cinta karena pandangan yang pertama maka bersegeralah ambil tindakan, jemput dia di rumah walinya sehingga pandangan-pandangan yang seterusnya akan menjadi halal bagimu..hee

Mengisi waktu luang dengan corat-coret di blog semoga bermanfaat

Salam santun selalu