Minggu, 04 Mei 2014

Managemen Marah


Berbicara tentang marah, manusia manapun pasti pernah mengalaminya termasuk para Nabi dan Rasul-Nya. Namun marahnya Nabi dan Rasul tentu berbeda jauh dengan kita yang notabene hanya manusia biasa yang lemah dan hina. Nabi dan Rasul marah ketika agama Allah di hina dan di lecehkan. Beliau marah ketika ajaran Allah di salah gunakan. Sangat berbeda jauh dengan kita. Betapa sering kita marah karena hal-hal yang sangat sepele. Emosi kita cepat terpancing hanya karena hal-hal yang sebenarnya tiada artinya.

Sudah menjadi pemandangan yang tak asing lagi di ibukota jakarta Dimana sebagian manusia yang hidup di kota metropolitan ini disuguhi dengan hal-hal yang menjadikan kemarahan sebagai hal yang lumrah untuk di lihat dan di dengar. Contoh kecil misal ketika sopir angkot atau pengemudi bus mendapati jalanan macet sehingga angkot yang di kendarai terjebak macet maka tak jarang kita lihat sopir akan marah-marah sendiri tanpa ada alasan yang jelas. Dan itu sudah menjadi pemandangan yang lumrah yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Pada hakikatnya marah adalah salah satu tipu daya syetan, di mana syetan sangat senang melihat manusia sebagai hamba Allah jatuh pada perbuatan maksiat. Jika seseorang sudah tidak mampu mengendalikan amarahnya, potensi untuk melakukan kemaksiatan sangatlah besar,betapa banyak kasus kasus kekerasan yang timbul di karenakan seseorang tidak bisa mengendalikan amarahnya. 


Sifat marah bisa menghantarkan pelakunya kepada kemurkaan Allah. Karena marah merupakan sifat tercela yang seharusnya kita jauhi. Dalam satu riwayat Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].


Dari hadist di atas dapat di simpulkan bahwa marah merupakan suatu sifat yang harus di hindari. Bahkan ketika sahabat tersebut mengulang permintaannya. Rasulullah tetap menjawab dengan jawaban yang sama yaitu janganlah kamu marah.


Marah adalah bara yang dilemparkan setan ke dalam hati anak Adam sehingga ia mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya menegang, wajahnya memerah, dan terkadang ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.


So mari kita memenej sifat marah kita, jadikan kemarahan kita adalah kemarahan yang terpuji. Yaitu marah ketika melihat kemungkaran, marah ketika agama Allah di lecehkan. Tapi sebaliknya Hindari diri kita dari sifat marah yang menyebabkan Allah tidak ridha kepada kita. Sebagai tambahan berikut tata cara yang harus dilakukan dalam meredam amarah yang di ajarkan Rasulullah 


1. Berlindung kepada Allah dari godaan setan dengan membaca:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
2. Mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, berdzikir, dan istighfar.
3. Hendaklah diam, tidak mengumbar amarah.
4. Dianjurkan berwudhu’.
5. Merubah posisi, apabila marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, dan apabila marah dalam keadaan duduk hendaklah berbaring.
6. Jauhkan hal-hal yang membawa kepada kemarahan.
7. Berikan hak badan untuk beristirahat.
8. Ingatlah akibat jelek dari amarah.
9. Ingatlah keutamaan orang-orang yang dapat menahan amarahnya.
Akhir kata saya tutup artikel ini dengan hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam :
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.

Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.
Semoga kita semua terhindar dari sifat marah yang tercela yg bisa merugikan diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar