Dakwatuna.com...Hidup... begitulah kita memaknainya. Seperti gelombang laut yang terhampar luas di samudra, hidup akan selalu berjalan, berarus, bergerak dalam bentuk dan rupa yang selalu tak sama. Dan perjalanannya selalu akan memberikan energi dan kehidupan bagi mereka yang ada bersamanya. Meski melelahkan melewatinya, gelombang yang ada takkan pernah maun berhenti. Sebab kepemilikannya adalah waktu. Mereka yang menghargainya pastilah akan memenangkannya. Waktu adalah nyawanya hidup bagi yang menjiwai kehadiran waktu dalam hidupmu, maka dialah yang akan mampu bertahan dalam segala tantangan. Jika ingin menaklukkan kehidpanmu, maka cintailah waktu.
jejak-jejakku pun seperti itu. Ku coba menerawang jauh semua langkah yang telah tercipta di penghujung usia 22 tahunku. Yang ku dapatkan adalah banyaknya catatan kelalaian yang terselip bersama ribuan hari yang berlalu. Waktu, yang ku sebut sebagi nyawanya kehidupan seperti seperti berita bagai angin lalu. Betapa banyaknya kekecewaan yang terlanjur tercipta, betapa banyaknya kekurangan yang terlampaui batas, betapa banyaknya kelemahan yang melompati kewajaran. hingga kemudian ku raba hati dan jiwa, maka yang tersisa adalah penyesalan. sebab belum banyak laku yang benar, belum banyak karya yang tercipta. justru sebaliknya, yang tertuang di balik hati adalah kertas buram yang belum bercahaya.
Jika saja waktu yang memberi makna tentang hidup ini akan pergi, apakah yang akan kita ceritakan pada sejarah? akankah kita punya catatan yang manis untuk terekam, atau justru sebaliknya. di akhir cerita kita, banyak yang akan senang karena kepergiaan waktu dalam hidup kita, pada akhirnya membawa mereka kelegaan. Atau, ketika kita bertanya kepada jiwa kita yang akan menghadap-Nya? maka jawaban yang akan selalu pasti hadir adalah getar-getar ketakutan karena selama ini tak pernah memiliki waktu yang diberikan dari-Nya.
Dengan berlalunya malam, langit pagi yang cerah akan menemanimu. dan tulisan di kemegahan duniamu, akan selalu di tentukan dengan seberapa banyak engkau mencintai waktumu. Dia akan cerah, selagi kau menuliskannya dengan petikan-petikan yang lahir karena keringatmu. namun dia juga akan berkabut jika kau sajikan lakumu dalam tinta-tinta hitam yang terhempas tak teratur di kertas putihmu. Hingga benarlah kata sang Nabi, bagi yang mengingat hari kemudian (kematian), mereka yang paling cerdas di antara kalian. sederhana saja, sebab orang yang mengingat waktu kepulangannya, orang yang mendamba kehadiran-Nya, orang yang mengerahkan harinya untuk mengejar cinta-Nya, selalu akan mencerahkan kemegahan langit mereka. Lalu.... Dimanakah posisi kita?
Maka di akhir catatan yang sederhana ini. Sengaja ku tuangkan secarik keinginan hati untuk lebih memiliki hidup. Menghidupkan hidupku dengan memuliakan waktuku. Dunia takkan pernah butuh pengakuanmu. sebab yang akan selalu menjadi akhir dari setiap pertanyaanmu adalah ketenangan hati dan jiwamu. Selagi ia masih berkabut, selagi awan hitam masih setia menyelimutinya.maka yakinlah ada kekeliruan dalam mencintai hidupmu, ada kesalahan dalam menghargai waktumu. Biarlah waktu yang menjawab semuanya. semoga tarian purnama di bilangan hari kedepan akan membawa warna cerah bagi langit harimu.
Langit..
jika kembaramu selama ini terhempas karena kelalaianku
Maka berilah waktu untuk mewarnaimu kembali..
Hanya ingin cerah yang menemanimu
Hanya ingin putih yang membersamaimu..
Hadirkan birumu, menjadi kekuatan bagiku..
Semoga di kemudian waktu, kemegahanmu yang akan selalu menemaniku.
Taipei. 12 September 2010
Oleh : Yusuf Al-Bahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar