.Agar kehidupan tetap berada di dalam bingkai keislaman dan tetap istiqamah dalam ketaatan tetapkan kesadaran untuk melakukan beberapa hal yang terangkum dalam rumus 5 M. Yaitu, Muhasabah, Muroqobah, Mu'ahadah, Muaqobah dan Mujahadah.
a. Muhasabah (introspeksi diri)
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan evaluasi diri dan penilaian ulang kehidupannya, baik yang bersifat individual maupun sosial. sangat perlu di perhatikan itu tak lain karena sisi spiritual dan intelektual selalu berubah-ubah. Cepat terwarnai dengan keadaan yang menyertainya. Hari ini baik, besok bisa sangat baik. Atau hari ini sangat baik, besok mungkin saja sangat tidak baik.
Disinilah perlunya kita introspeksi diri (muhasabah), agar kebaikan tetap bisa kita pertahankan. Sebab kita tak pernah tahu kapan kita akan di matikan. Hidup dan mati kita Allah lah yang mengatur, yang kita tahu adalah bahwa setiap kita pasti mati.
Seorang muslim seharusnya sangat menyadari, bahwa apapun yang di lakukannya kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah. Dan menyadari pula bahwa setiap hembusan nafasnya adalah mutiara yang bernilai. Maka ia tidak menyia-nyiakan walau sesaat pun.
ketahuilah sahabat, kepentingan menghisab diri ini kita dilakukan untuk mengetahui dua hal, yaitu :
pertama: Untuk mengetahui segala aib diri, apakah kebaikannya lebih banyak dari pada keburukan kita, ataukah sebaliknya.
Kedua: Untuk mengetahui hak Allah terhadap kita. Apakah kewajiban kita sebagai hamba Allah sudah di sempurnakan atau di lalaikan. Dari dua kesadaran ini akan lahir kepribadian yang istiqamah dan sikap mental yang tidak mudah melemah.
Terkait dengan muhasabah, Hasan al-Basyril pernah berkata "seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya karena Allah. karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah menghisab dirinya di dunia."
Hal senada pernah di ungkapkan oleh Umar bin Khatab; "hisablah dirimu sebelum di hisab, timbanglah diri kalian sebelum di timbang. sesungguhnya berintrospeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan dari pada hisab di kemudian hari." (diriwayatkan dari imam Akhmad dan at-Tarmidzi secara mauquq dari Umar bin Khatab).
b. Muroqobah (selalu merasa di awasi Allah)
Orang yang sadar bahwa Allah selalu mengawasi hidupnya. maka ia akan terbentengi dari kesalahan dan dosa. Rasa Khauf (takut) selalu menyelimutinya bila ia melakukan kesalahan. Khauf (rasa takut) akan membakar syahwat yang di haramkan Allah. sehingga kemaksiatan yang dulu di sukai jadi di benci.
Kesombongan yang dulu di pertahankan berubah menjadi ketawadhuan. ia selalu waspada terhadap langkah, pikiran dan kalimat yang keluar dari dirinya. Ia menyadari betul tentang firman Allah di bawah ini.
"dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang di bisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dengan urat lehernya. yaitu ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya. satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapan pun yang di ucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS Qaf 16-18)
Sahabat, hamba yang selalu bermuroqobah adalah orang yang memiliki kecerdasan ruhiyah yang tinggi. Kesadaran itu di bangun berdasarkan pemikiran yang cerdas. karena ia sangat menyadari bahwa hidup akan mempunyai makna apa bila ruang tempat berpijak adalah amanah yang harus di manfaatkan sebesar-besarnya untuk dirinya dan kemudian dia pertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang di percayakan kepadanya, sadang kamu mengetahui."(QS Al-Anfal : 27)
Ketahuilah sahabat islam memandang amanat sebagai suatu yang amat berharga, sekecil apapun amanah yang kita terima, wajib kita jaga dengan baik dan kita sampaikan ke alamatnya secara konsisten. Karena dengan memandang kecil sebuah amanat yang kecil, kita akan terbiasa memandang amanat itu sebagai hal yang tidak berarti. Sehingga amanat yang besar pun akan kita anggap sebagai amanat yang sepele.
c. Mu'ahadah (selalu mengingat perjanjian dengan Allah SWT)
Kesadaran kita bahwa hidup bukan sekedar ada tetapi karena ada yang mengadakannya, adalah sikap dan sifat seorang muslim sejati. Allah menghidupkan kita dengan fasilitas yang di berikan-Nya bukanlah tanpa tujuan. Dan tujuan kita di ciptakan adalah untuk beribadah hanya kepada-Nya.
Dan hanya Allah sajalah yang harus kita per-Tuhankan, karena ini adalah inti kehidupan, yaitu memper-tuhankan Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Ini adalah perjanjian yang harus selalu kita ingat, sebagaimana di ungkapkan oleh Allah
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), "Bukanlah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini." (QS Al-A'raf : 172)
Manusia dengan segala keberhasilan dunia yang di raihnya tidaklah kemudian menjadi mulia, manakala ia merasa bahwa apapun yang di raihnya adalah hasil usahanya sendiri, tanpa ada campur tangan orang lain.
Sadarilah kita di sebut kaya karena ada yang miskin, kita di sebut cantik karena ada yang jelek. dan kita juga bisa di sebut baik (mulia) karena ada yang buruk. Kemudian ketahuilah tidaklah orang memuliakan kita, kecuali Allah yang menghendaki.
Makanya jangan merasa diri lebih mulia dari orang lain, karena itu adalah kebodohan. sebab hanya orang bodohlah yang merasa dirinya tidak perlu atau membutuhkan bantuan. Dan ketika rasa itu mendominasi dirinya, maka kecenderungan menyekutukan Allah nampak semakin sempurna.
Maka kesadaran Allah sebagai Tuhan dan hanya kepada Allah segalanya di kembalikan adalah buah dari kecerdasan pikiran yang lahir dari keimanan. Ingatlah selalu perjanjian kita dengan Allah yaitu untuk selalu beribadah hanya kepada-Nya. Jangan berpaling dari syariat-Nya dan tidak mendustai kebenaran yang di turunkan-Nya (al-Qur'an).
d. Mu'aqobah (memberi sangsi ketika lalai beribadah)
Memberikan sangsi ('iqob) ketika lalai beribadah memang sesuatu yang tidak mudah. Di butuhkan kesadaran diri yang prima dan keimanan yang sempurna. hanya orang-orang yang mendapat rahmat dari Allah sajalah yang dapat melakukannya.
Seringnya kita membiarkan kelalaian akan menghadirkan sikap meremehkan kesalahan. Dan lambat laun, ketika kesalahan sudah menjadi kebiasaan, maka dorongan melaksanakan ketaatan akan semakin hilang. bahkan membiarkan diri dalam kesalahan akan mempermudah kesalahan-kesalahan yang lain.
Di sinilah pentingnya kita meng'iqob (memberikan sangsi) kepada diri agar jiwa terselamatkan dari dosa. sanksi yang di maksud disini adalah, apabila kita menemukan kesalahan maka tidak pantas bagi kita untuk membiarkannya.
Bentuk pemberian sangsi tentu saja harus yang mubah dan tidak boleh berlebihan, apalagi sampai membahayakan diri. seperti memukul kepala karena tida solat subuh. atau membakar diri karena syiknya nonton TV hingga lupa sholat isya. Tentu saja tidak seperti itu.
Sebuah perilaku yang dapat kita jadikan contoh adalah seperti kebiasaan pada generasi sahabat atau para salaf yang meng'iqob diri secara langsung ketika mereka melakukan kekhilafan. misalnya dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Umar bin Khatab pergi kekebunnya. ketika pulang di dapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan sholat ashar. Maka beliau berkata, "Aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang-orang Sholat Ashar! kini kebunku aku jadikan shodaqah untuk orang-orang miskin.
Subhanallah, bagaimana dengan kita, bisakah kita mencontoh Umar, sudah berapa seringkah kita melalaikan kewajiban, tetapi adakah kita pernah meng'iqob diri karena banyaknya kekhilafan itu?
e. Mujahadah (adanya kesungguhan dalam beribadah)
Ibadah adalah alasan Allah menciptakan manusia. Karena untuk itulah kita hidup dan di hidupkan. Kita hidup bukanlah sekedar hidup, tetapi harus mentaati aturan Yang Maha hidup. Dialah Allah. Bahkan ibadah adalah inti hidup. Orang yang tidak punya orientasi ibadah dalam hidup seperti orang yang melakukan perjalanan tanpa tujuan.hampa.
Bermujahadah artinya bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan dalam rangka menjemput keridhoan Allah. Hingga akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan, bukan sebuah beban yang memberatkan.
Sa'id Musfar Al-Qathani mengatakan; mujahadah bertarti mencurahkan segenap usaha dan kemampuan dalam mempergunakan potensi diri untuk taat kepada Allah dan apa-apa yang membahayakannya.
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."(QS al-Ankabut:69)
Sahabat, bangkitnya seseorang dari kelemahan kepada semangat, dari kemaksiatan kepada taat, dari kebodohan kepada ilmu, dan dari keraguan kepada yakin; adalah ciri dari orang-orang yang bermujahadah. Selalu ingin mengoptimalkan nilai-nilai kebenaran dalam setiap gerak kehidupan.
Dengan melakukan rumus 5 M di atas, Insya Allah nilai kehidupan yang kita jalani akan semakin berarti. sebab dengan muhasabah kita selalu memperbaiki segala yang salah. Dengan muroqobah kita selalu merasakan keagungan Allah. Dengan Mu'ahadah kita tetap akan istiqamah. Dengan Mu'aqobah kita dapat mengurangi beban dari rasa bersalah dan dengan Mujahadah kehidupan kita akan selalu di permudah. Insya Allah.
Dan buah pelaksanaan 5 M ini adalah 5 C. Yaitu : Comitment, confident, Consistent, Consquent dan Creative.
a. Comitment adalah keyakinan kokoh yang menggerakkan perilaku menuju arah yang di yakini (I'tikad)
b. Consistence adalah kemampuan untuk bersikap secara taat azaz, pantang menyerah dan mampu mempertahankan prinsip kebenaran yang di yakininya betapapun harus membahayakan dirinya.
c. Consquence adalah keberanian menerima konsekuensi dari keputusan yang di ambilnya. Baginya hidup adalah pilihan (life is choice) yang harus di pertanggung jawabkan.
d. Confident adalah sikap percaya diri yang keluar dari kekuatan keyakinan dan sifat ini merupakan kematangan berpikir dari jiwa yang istiqomah.
e. Creative adalah sikap yang tak pernah lelah melakukan kebaikan, selalu saja ada aktivitas yang membuat dirinya semakin maju selangkah demi selangkah namun pasti. Dan kreatifitas ini menjadikan seorang mukmin selalu menangkap sinyal kebaikan dalam setiap episode hidup yang di jalaninya.
Bangkitnya seseorang
dari kelemahan kepada semangat,
dari kemaksiatan kepada taat,
dari kebodohan kepada ilmu,
dan dari keraguan kepada yakin,
adalah ciri dari orang-orang yang bermujahadah( bersungguh-sungguh)
Selalu mengoptimalkan
nilai-nilai kebenaran
dalam setiap gerak kehidupan
Tetap update tulisan dari Generasi 554 dimanapun dengan http://m.Abatasa.com dari browser ponsel Anda!