Siang itu udara sangat panas sudah hampir satu bulan ini jakarta tidak di guyur hujan di tambah polusi udara yang kian marah menambah kegersangan kota jakarta.Jam kuliah sudah pun selesai namun rasanya melihat teriknya sinar matahari siang itu membuat aku malas beranjak dari ruang kelas. Namun tidak rasanya aku duduk lama-lama di kelas ini karena sebentar lagi waktu sholat dzuhur. Dengan agak malas ku paksa melangkahkan kakiku meninggalkan ruangan itu. baru sampai di depan pintu kelas terdengar suara seseorang memanggilku.
"Mir, tunggu bentar, " Teriak Sarmila sambil bergegas mendekatiku
"Kamu mau langsung pulang yah, mau ga kamu menemani aku makan siang kali ini, ada sesuatu yang pengen aku bicarakan sama kamu, it's very urgent for me,please..please..please.. " Bujuk Sarmila dengan penuh harap.
Dari kata-kata dan raut wajahnya nampak keseriusan sehingga aku pan tidak tega untuk menolak ajakannya. ku pandangi wajahnya beberapa saat, ku lihat dia tersenyum manis dengan gaya dan tingkahnya yang sangat aku hafal, aku pun menenuhi permintaannya namun dengan satu syarat yaitu setelah sholat dhuhur, karena bagiku makan siang sebelum sholat dhuhur tidak akan terasa nikmat sebelum mengerjakan kewajiban sebagai seorang hamba.
Sarmila adalah teman ku dari semenjak kecil. Dari SD sampai kuliah kami selalu satu sekolah meskipun kini kami beda jurusan. Aku lebih memilih memperdalam agama islam. sedang ia lebih memilih sastra. Sarmila gadis yang cantik, siapa yang tidak terkagum-kagum melihat kecantikannya. saat duduk di bangku SMA ia sempat menjadi primadona di kelas. Kecantikanya bak Ratu sejagat julukan seperti itulah yang sering aku dengar dari mulut teman-temanku Namun kalau mau jujur aku sedikit tidak suka dengan tabiatnya, ia gadis yang centil, urakan dan manja apalagi ia belum mau berhijab, ia masih suka memamerkan rambutnya yang baginya merupakan mahkota yang memperindah penampilannya. Sudah berulang kali aku jelaskan kepadanya pentingnya jilbab bagi wanita namun jawaban yang sama yang selalu aku dengar darinya yaitu "belum ada hidayah dari Allah."
Suasana kantin agak sepi, hanya terlihat beberapa orang yang sedang duduk dan asyik menikmati makan siangnya, aku dan Sarmila memilih tempat duduk di pojok, karena di situlah tempat yang strategis untuk kami menikmati makan siang. kami bisa berbicara sesuka hati kami tanpa takut ada orang yang mendengarnya.
"Mir, kamu mau kan ajari aku pakai jilbab, sudah lama rasanya hidupku dalam kubangan dosa, tidak tentu arah, aku ingin berubah Mir, aku ingin menjadi orang baik, aku tidak mau hidup sengsara dunia-akhirat, aku ingin seperti mu, anggun, dan cantik. bukan hanya cantik dalam penampilan namun juga cantik di dalam hati." ucapnya dengan lembut
Saat itu juga aku peluk dirinya, tak terasa kami menangis, inilah airmata kebahagiaan tidak ada kata yang bisa terucap selain ucapan syukur pada-Nya, syukur yang tiada terkira atas semua nikmatnya. Sungguh Dia-lah Allah yang menggenggam jiwa-jiwa hamba-Nya. jika Dia sudah berkehendak tak akan ada yang bisa menghalanginya.
"Alhamdulillah, aku seneng banget mendengar ini, aku pasti akan bantu semampuku, " jawabku penuh kegembiraan sambil ku lupeskan pelukanku padanya.
"Dan kamu mau kan ajari aku ngaji dan ilmu agama, karena aku tidak mau kelihatan bodoh di hadapannya."
spontanitas aku langsung meng-iya-kannya, karena bagiku membantu teman adalah misi utamaku dalam hidupku, apalagi perubahan itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik. aku teringat dengan Hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk sesamanya, aku ingin mempraktekkan hal itu dalam kehidupanku. apa-lah artinya hidup ini jika tidak bisa berbagi dengan sesama. jika harta tak punya sekedar berbagi ilmu pun tak apa.
*****#####****
Seperti biasa seusai sholat shubuh aku membantu ibu untuk bebenah rumah, dari menyapu, mengepel hingga menyiram tanaman di depan rumah, dan membantu merawat bunga-bunga adalah hal yang paling aku senangi selain bisa menikmati keindahan dan keharuman bunga aku juga bisa menikmati kesegaran udara pagi. bertemankan lagu-lagu nasyid dari negera jiran aku melakukan aktivitas pagi hariku. bunga-bunga mawar yang ada halaman rumah kini mulai bermekaran, duri-duri yang tajam kini siap melukai tangan jika tidak berhati-hati.
"Mir, tunggu bentar, " Teriak Sarmila sambil bergegas mendekatiku
"Kamu mau langsung pulang yah, mau ga kamu menemani aku makan siang kali ini, ada sesuatu yang pengen aku bicarakan sama kamu, it's very urgent for me,please..please..please.. " Bujuk Sarmila dengan penuh harap.
Dari kata-kata dan raut wajahnya nampak keseriusan sehingga aku pan tidak tega untuk menolak ajakannya. ku pandangi wajahnya beberapa saat, ku lihat dia tersenyum manis dengan gaya dan tingkahnya yang sangat aku hafal, aku pun menenuhi permintaannya namun dengan satu syarat yaitu setelah sholat dhuhur, karena bagiku makan siang sebelum sholat dhuhur tidak akan terasa nikmat sebelum mengerjakan kewajiban sebagai seorang hamba.
Sarmila adalah teman ku dari semenjak kecil. Dari SD sampai kuliah kami selalu satu sekolah meskipun kini kami beda jurusan. Aku lebih memilih memperdalam agama islam. sedang ia lebih memilih sastra. Sarmila gadis yang cantik, siapa yang tidak terkagum-kagum melihat kecantikannya. saat duduk di bangku SMA ia sempat menjadi primadona di kelas. Kecantikanya bak Ratu sejagat julukan seperti itulah yang sering aku dengar dari mulut teman-temanku Namun kalau mau jujur aku sedikit tidak suka dengan tabiatnya, ia gadis yang centil, urakan dan manja apalagi ia belum mau berhijab, ia masih suka memamerkan rambutnya yang baginya merupakan mahkota yang memperindah penampilannya. Sudah berulang kali aku jelaskan kepadanya pentingnya jilbab bagi wanita namun jawaban yang sama yang selalu aku dengar darinya yaitu "belum ada hidayah dari Allah."
Suasana kantin agak sepi, hanya terlihat beberapa orang yang sedang duduk dan asyik menikmati makan siangnya, aku dan Sarmila memilih tempat duduk di pojok, karena di situlah tempat yang strategis untuk kami menikmati makan siang. kami bisa berbicara sesuka hati kami tanpa takut ada orang yang mendengarnya.
"Mir, kamu mau kan ajari aku pakai jilbab, sudah lama rasanya hidupku dalam kubangan dosa, tidak tentu arah, aku ingin berubah Mir, aku ingin menjadi orang baik, aku tidak mau hidup sengsara dunia-akhirat, aku ingin seperti mu, anggun, dan cantik. bukan hanya cantik dalam penampilan namun juga cantik di dalam hati." ucapnya dengan lembut
Saat itu juga aku peluk dirinya, tak terasa kami menangis, inilah airmata kebahagiaan tidak ada kata yang bisa terucap selain ucapan syukur pada-Nya, syukur yang tiada terkira atas semua nikmatnya. Sungguh Dia-lah Allah yang menggenggam jiwa-jiwa hamba-Nya. jika Dia sudah berkehendak tak akan ada yang bisa menghalanginya.
"Alhamdulillah, aku seneng banget mendengar ini, aku pasti akan bantu semampuku, " jawabku penuh kegembiraan sambil ku lupeskan pelukanku padanya.
"Dan kamu mau kan ajari aku ngaji dan ilmu agama, karena aku tidak mau kelihatan bodoh di hadapannya."
spontanitas aku langsung meng-iya-kannya, karena bagiku membantu teman adalah misi utamaku dalam hidupku, apalagi perubahan itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik. aku teringat dengan Hadits Rasulullah yang mengatakan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk sesamanya, aku ingin mempraktekkan hal itu dalam kehidupanku. apa-lah artinya hidup ini jika tidak bisa berbagi dengan sesama. jika harta tak punya sekedar berbagi ilmu pun tak apa.
*****#####****
Seperti biasa seusai sholat shubuh aku membantu ibu untuk bebenah rumah, dari menyapu, mengepel hingga menyiram tanaman di depan rumah, dan membantu merawat bunga-bunga adalah hal yang paling aku senangi selain bisa menikmati keindahan dan keharuman bunga aku juga bisa menikmati kesegaran udara pagi. bertemankan lagu-lagu nasyid dari negera jiran aku melakukan aktivitas pagi hariku. bunga-bunga mawar yang ada halaman rumah kini mulai bermekaran, duri-duri yang tajam kini siap melukai tangan jika tidak berhati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar