Jumat, 30 Januari 2015

Bila Hati Kata Cinta Part III

Senja merah diufuk barat terpancang begitu indah menandakan bahwa matahari baru saja terbenam. Samar-samar suara adzan maghrib mulai terdengar dari corong-corong masjid bersahut-sahutan. Ku pergegas langkahku menapaki jalanan kecil menuju rumah bibi dan pamanku.  Aku berdiri terpegun di depan halaman rumah begitu melihat ada janur kuning yang terpasang tepat di depan pintu rumah sedang melambai-lambai tertiup angin senja. Aku mencoba berpikir, dan tidak lama kemudian baru aku tersadar bahwa besok merupakan hari perkawinanku dengan seseorang yang merupakan pilihan bibi dan pamanku. Tiba-tiba airmataku mengalir, tidak tahu kenapa perasaan takut, senang dan bahagia bercampur aduk menjadi satu.
"besok merupakan hari yang bersejarah di dalam hidupku, di mana aku akan bergelar menjadi seorang istri dari seorang lelaki yang belum aku kenal. Ya Allah jika dia merupakan jodoh yang Kau kirim untukku maka permudahkanlah, ikhlaskan hati ini untuk menerima dia apa adanya. Izinkan aku mencintai dan menyayanginya karena-Mu. " doaku lirih dalam hati.
"Aleeysa sedang apa kamu berdiri di situ sendirian, cepetan masuk ke dalam tidak baik berdiri sendirian diluar rumah di waktu syetan-syetan mulai berkeliaran." teguran bibiku dari dalam jendela rumah mengagetkanku. Ku hapus bekas airmata  yang tadi sempat mengalir dipipi dengan kedua tanganku. Dengan bersegera aku langkahkan kaki masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang sedikit tenang .
***
Di sebuah rumah yang besar, zafran dan keluarganya sedang asyik berbincang perihal pernikahan zafran yang akan di langsungkan besok pagi, segala sesuatunya sudah pun di persiapkan oleh zafran dan keluarganya termasuk mahar yang akan zafran berikan pada aleeysa. Meskipun zafran berasal dari keluarga yang kaya namun acara pernikahannya akan di adakan dengan sangat sederhana sesuai dengan permintaan aleeysa dan bibinya.
"Zaf semuanya sudah ready?" tanya mama
 "alhamdulilah sudah mah, mahar untuk aleeysa juga zaf sudah siapkan." ucapku pada mama
 "Mamah, cantik ga cincin ini? Lanjut zafran pada mamanya sambil menunjukan kotak kecil yang di dalamnya ada sebuah cincin yang sangat cantik.
 "Bagus sekali Zaf?" ucap mama dengan nada suara yang penuh dengan kekaguman
 "Selain perlengkapan alat sholat , zaf juga akan berikan cincin ini untul aleeysa sebagai mahar, zaf pesan  special for her. Tapi zaf ga tau cincin ini muat atau ga di tangannya soalnya zaf hanya mengira-ngira saja. Zaf harap muatlah di jarinya." ucapku lagi.
"coba mama lihat." ucap mama zafran sambil mengambil cincin yang di pegang oleh zafran "insya Allah muat dan pasti sangat cocok di jari mungil Aleeysa." kata mama lagi.
Sebuah senyuman terukir sangat indah di bibir Zafran. Hanya Allah saja yang tau bagaimana perasaan Zafran sekarang.Bahagia sudah pasti karena hari yang sudah lama di nanti akan segera tiba. Namun kekhawatiran di hati Zafran tetap masih ada. Karena zafran takut dengan penerimaan Aleeysa jika ia tau bahwa suaminya merupakan bossnya sendiri. "Apapun penerimaanya nanti zafran berjanji akan membuat dia jatuh cinta padaku karena Allah." bisiknya di dalam hati.
 ***
Malam kian larut, derap langkah kaki manusia tidak terdengar lagi, hanya rintik-rintik hujan yang masih setia membasahi bumi Allah, semilir angin yang membawa udara dingin mulai masuk melalui  terali besi kamarku, suara petir dan guruh masih sesekali terdengar bersahut-sahutan bertasbih memuji kebesaran Allah dan menjadi peneman gelapnya malam. Allah berfirman dalam surat Ar-ra'du ayat 12-13 "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, yang menimbulkan ketakutan dan harapan dan Dia menjadikan mendung. Dan guruh bertasbih sambil memuji-Nya (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakuat.
 Jam kecil yang ada di meja kecil samping tempat tidurku sudah menunjukan pukul 23.00, namun sesaatpun aku belum bisa memejamkan mataku, puas aku mencoba untuk tidur namun mata ini sulit sekali untuk aku pejamkan. Ada saja yang tidak kena, tidur miring sebelah kanan tidak nyaman, berpindah miring ke sebelah kiri juga berasa ada yang salah. "Ya Allah kenapa malam ini mata ini susah sekali untuk aku pejamkan," bisikku di dalam hati. 
Tiba-tiba aku teringat sebuah bingkisan yang bibi berikan padaku dua hari yang lalu. Sebuah bingkisan yang menurut bibi dari calon suamiku. Dengan bersegera aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menghampiri meja kecil yang berada di samping tempat tidurku, aku tarik laci meja dengan perlahan nampak sebuah bingkisan dengan sampul  warna merah muda bermotif bunga-bunga tergeletak di dalamnya, aku ambil bingkisan itu dengan kedua tanganku dan aku pandangi bingkisan itu untuk seketika. Aku buka sampul nya dengan hati-hati, isolatif yang menjadi perekat sampul  aku lepas dengan perlahan-lahan. Sebuah buku yang cukup tebal berjudul panduan nikah dari A-Z karya  Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin 'Abdir Razzaq ku pandangi seketika, aku buka halaman demi halaman hingga pada sebuah bab tentang hak suami dan istri jari-jariku berhenti, isinya membuat aku penasaran. Aku baca kata demi kata, kalimat demi kalimat sampai sebuah kesimpulan bahwa seorang suami memiliki hak terhadap istri yang di nikahinya. di antara hak-hak suami adalah

  1. Hak suami atasnya ialah isteri tidak mengizinkan seseorang memasuki rumah suaminya kecuali dengan seizinnya. Al Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahiihnya dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang wanita berpuasa padahal suaminya berada di rumah, kecuali dengan seizinnya, ia tidak pula mengizinkan (seseorang masuk) ke dalam rumahnya kecuali dengan seizinnya. Dan tidaklah ia nafkahkan sesuatu tanpa perintahnya, maka separuhnya diserahkan kepadanya." (HR. Al Bukhari no. 5159).
  2. Suami lebih besar haknya atas isterinya dibanding kedua orang tuanya.
  3. Suami berhak ditaati oleh isterinya selama tidak dalam kemaksiatan.
  4.  Hak suami atas isterinya ialah dia berterima kasih kepada suaminya atas apa yang diberikan kepadanya berupa makanan, minuman, pakaian, dan selainnya yang sanggup dia berikan. 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu'anhuma mengatakan: "Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: 'Allah tidak memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya, padahal dia butuh kepadanya.' "(Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam as Silsilah ash Shahiihah no. 289).

***
Suara adzan subuh dari surau dekat rumah membangunkan tidurku. Dengan bersegera aku bangkit dari tempat tidurku. Aku lihat buku yang semalam aku baca masih tergeletak persis di samping bantal gulingku. Aku buka pintu kamarku dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambi air wudhu. Ku bentangkan sajadah lusuhku, kini aku siap untuk menunaikan kewajibanku sebagai hamba Allah untuk beribadah kepada Allah. Di sebuah kamar yang kecil bertemankan cahaya redup dari dalam kamar aku angkat kedua tanganku berdoa kepada Allah.

Ya Allah..
Engkaulah Dzat Yang mengetahui apa yang terbaik untuk diri hamba
Sekiranya dia adalah jodoh yang Engkau berikan untuk hamba
Maka permudahkanlah urusan hamba hari ini
Ikhlaskan hati hamba untuk menerima dia
Izinkan hamba untuk menjadi istri yang shalihah
Istri yang selalu menenangkan hatinya
Istri yang bisa menjaga ke hormatannya
Istri yang bisa menambah keimanan dan ketaqwaannya kepada-Mu
Ya Allah..
Engkau tahu sampai sekarang aku belum mengenal calon suamiku
Namun Engkau sudah pasti mengenalnya
Karena Engkaulah yang telah menciptakannya
Dan Engkaulah pemilik hatinya
Hamba serahkan semuanya hanya kepada-Mu Ya Allah
Karena hanya Engkaulah Yang Maha mengetahui apa yang terbaik untukku.

Selesai sholat aku langkahkan kakiku menuju dapur seperti kebiasaan yang aku lakukan setiap harinya membantu bibiku menyiapkan sarapan pagi. Saudara mara yang dari kemarin sudah berkumpul di rumah mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya termasuk kak Rina sepupuku dari sebelah ayahku.

“Kak, anak-anak mana?” tanyaku padanya sambil aku memeluk bahunya
“Tuh..” jawabnya hanya dengan memonyongkan mulutnya kearah anak kecil yang sedang tidur pulas di sofa kecil dekat ruang tamu.
“Kak nanti Leesya ga mau di make up tebal-tebal yah. Nanti kelihatan ga ori malah jadi kelihatan KW lagi, Leeysa suka natural aja …” ucapku meluahkan apa yang terlintas di dalam fikiranku sambil aku tersenyum kecil kearahnya
“Hush apa Leeysa nih, masa menyamakan muka Leeysa dengan barang, tenang aja kak Rina akan buat Aleeysa cantik hari ini, kakak ga akan make up tebal-tebal, paling-paling cuman 5 inch aja. “ ucapnya sambil tertawa dan mencubit lenganku yang masih menempel di bahunya.

Kak Rina begitulah orangnya selalu humoris, jika dengannya aku selalu terhibur dengan tingkah lakunya hubungan aku dengan kak Rina cukup rapat, Kak Rina sudah aku anggap sebagai kakak kandungku, jika dengannya aku bisa lepas berbicara. Tak jarang aku menjadikan kak Rina sebagai tempat mengadu dan bercerita.
***
“Aku terima nikahnya Aleeysa Ameera binti Zaid dengan mas kawin seperlengkap alat sholat dan cincin emas di bayar tunai..” terdengar Zafran mengucapkan akad nikah dengan suara yang lantang

Dengan berwalikan pamannya Aleeysa kini sudah menjadi istri dari Zafran hakimi, status baru yang di sandang Aleeysa akan berkekalan hingga ke anak cucu jika Allah sudah menetapkan bahwa Zafran adalah jodohnya di bumi.

Di dalam sebuah kamar Aleeysa terlihat sangat cantik menggunakan kebaya panjang dengan jilbab panjang yang sepadan dengan warna bajunya. Make-up yang natural menambah kecantikannya. Berkali-kali Aleeysa memandang dirinya pada sebuah cermin dekat meja rias. Senyuman yang indah kini terukir dari bibirnya.

“subhanallah kamu kelihatan cantik sekali Leeysa.” Ucap Tika dari belakangku
“Kaget aku Tika, kapan kamu masuk, kenapa masuk ga bagi salam, ketuk pintu pun ga, ini tau-tau sudah ada di kamarku.. untung aku ga punya sakit jantung..” bebelku pada Tika karena tadi sempat mengagetkanku.
“siapa bilang aku ga ketuk pintu, lihat tangan ini sampai merah ketuk-ketuk pintu kamar kamu, makanya kalaupun sedang menghayal jangan jauh-jauh, ada orang ketuk pintu pun ga dengar..” Marahnya padaku.
“Maaf..” ucapku dengan memberikan senyuman yang sangat manis untuk nya
“Barakallahu lakuma wabaraka ‘alaikuma wajama’a bainakuma fii khair..” ucap Tika padaku sambil memelukku dengan begitu erat, airmata bahagia ini tiba-tiba keluar juga dari kedua ujung mataku.
“Makasih ya Tika, kamu adalah sahabat dunia akhiratku insya Allah.” ucapku
“Leeysa kenapa kamu ga pernah cerita padaku kalau calon suami kamu adalah…..”

Ketukan pintu dari luar kamar Aleeysa mematikan kata-kata Tika. Aku dengan Tika serentak menoleh kearah pintu yang terbuka, bik Ratih masuk ke dalam kamarku dan menyampaikan bahwa di luar ada suami ku yang ingin masuk untuk menemuinya. Tika yang duduk di tempat tidurku akhirnya berdiri dan mendekat kearahku sambil tersenyum penuh makna dan keluar mengikuti langkah kaki Bik Ratih meninggalkan kamarku.

Terdengar langkah kaki seseorang yang mulai mendekat kearahku, ia kini berdiri tepat di sebelahku namun aku belum berarti memalingkan wajahku ke arahnya, hanya Allah saja yang tau bagaimana perasaanku saat itu, takut, bahagia bercampur aduk menjadi satu. Semakin ia mendekat ke arahku debaran di hatiku semakin kuat.

“Assalamu’alaikum..” ucapnya lirih padaku.
“Wa’alaikumus salam..” jawabku.
Aku beranikan diri untuk melihat ke arahnya. Namun betapa kagetnya aku begitu melihat laki-laki yang berdiri di sebelahku adalah Pak Zafran bos tempat aku berkerja.
“Ba…pak.. se..dang.. apa disini?” Tanyaku dengan suara yang agak gagap
“Menurut Aleeysa Abang sedang apa disini?” jawabnya dengan senyuman terukir di bibirnya
Eh.. aku tanya bukan nya dia jawab malah dia tanya balik, sungguh aneh orang ini. Dan anehnya lagi dia membahasakan dirinya abang padaku. Kapan dia nikah sama kakakku..bisikku hanya di dalam hati.
“pak, kalau saya tau apa tujuan bapak kesini, saya tidak akan tanya pada bapak?” ucapku dengan bahasa yang sedikit formal.

Dia ketawa mendengar jawabanku. Entah kenapa hati ini sedikit marah padanya, serasa di permainkan olehnya. Kemarahan di hati ini hanya Allah saja yang tau. Berkali –kali aku beristighfar agar tidak terpancing oleh ulahnya.

“Lebih baik Bapak keluar sekarang, sebelum suami saya masuk. Saya ini istri orang dan ini kamar saya tempat privasi saya, tidak ada yang boleh masuk ke kamar saya selain suami saya dan keluarga saya.” Ucapku lagi

Tidak ada tanda-tanda yang dia akan keluar dari kamarku. Malah dia kini semakin mendekat kearahku dan duduk persis di sebelah kananku. Hatiku mulai risau, banyak pertanyaan yang kini mulai bermain-main di otakku yang belum tau jawabannya. Ingin sekali aku mengusirnya namun entah mengapa mulut ini sulit sekali untuk berkata.

“Aleeysa.. sebenarnya abang ini adalah suami Leeysa…” Ucapnya padaku
Cetarrrr… bagai ada petir di siang hari yang cerah. Pengakuannya padaku sebentar tadi membuat aliran darah di sekujur tubuhku seakan-akan berhenti. Akal pikiran ini tidak dapat mencerna apa yang dia katakan. Tubuh ini seakan-akan menjadi seperti patung yang bernyawa yang tidak bisa berfikir

“Maafkan abang karena ga berterus terang pada Leeysa sebelumnya. Abang tau sekarang Leeysa terkejut mendengar nya. Namun inilah kenyataannya yang abang sudah menjadi suami yang syah untuk leeysa, bukan maksud abang untuk menyembunyikan hal yang sebenar pada leeysa. Dan selama ini juga Leeysa ga pernah ingin tau kan siapa calon suami Leeysa.” Ucapnya lagi.
Sekali lagi aku beranikan diri untuk menatap wajahnya. Saat mata kami bertemu aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain.

“Bagaimana ceritanya, kenapa yang menjadi suami saya adalah Bapak? Sejak kapan Bapak megenal keluarga saya? Bukankah sebelumnya Bapak tinggal jauh di seberang sana?” berbagai pertanyaan kini keluar dari mulutku. Berharap semua pertanyaan yang bermain di pikiranku akan segera mendapatkan jawabannya.

“Leeysa, sebenarnya kita sudah kenal lama semenjak kita masih kecil lagi, waktu itu umur Leeysa sekitar 12 tahun dan umur abang 15 tahun. Ayah abang dan ayah Leeysa adalah sahabat baik. Saat orangtua Leeysa meninggal karena kecelakaan Abang dan keluarga bertakziah ke rumah Leeysa. Di situlah pertama kali abang melihat Leeysa yang sedang menangis di dekat jenazah kedua orang tua Leeysa. Abang melihat Leeysa sangat sedih sampai-sampai abang yang melihat nya pun ikut meneteskan airmata. Mungkin leeysa ga pernah melihat abang kalaupun aleeysa melihat abang aleeysa tak pernah sesekali hiraukan abang. Padahal pada waktu itu abang tinggal di rumah Leeysa dua malam. Satu minggu setelah kejadian kecelakaan itu, keluarga abang pindah ke sumatera, papa mendapat amanah dari kakek untuk mengurusi perusahaan yang ada di sana. Semenjak itulah abang ga pernah melihat aleeysa lagi hingga Allah mempertemukan abang dengan Aleeysa 6 bulan yang lalu di kantor. Abang sering kali melihat Aleeysa, mungkin aleeysa selama ini ga pernah merasakan kehadiran abang. Namun kehadiran abang di hati Leeysa semakin hari semakin dekat. Cinta ini mulai muncul di hati abang. Bermodalkan tekad dan rasa cinta di hati, abang mendatangi Paman dan Bibik  untuk melamar Aleeysa. Abang bukan orang yang sempurna, namun abang akan mencoba mencintai Leeysa dengan cara yang sempurna karena Allah. abang juga bukan orang yang faham agama namun abang berharap Aleeysa bisa mengajari dan mengingatkan abang di kala abang mulai terlupa. Abang hanya hamba Allah yang sedang memperbaiki diri, terlalu banyak kekurangan diri yang abang miliki. Semoga kekurangan abang bisa tertutupi oleh kelebihan yang aleeysamiliki. Hanya satu pinta abang terimalah abang seadanya. Karena abang hanya bisa mencintai aleeysa dengan cara yang sederhana..” ucapnya panjang lebar.

Tiba-tiba airmata ini menetes membasahi pipiku, rasa terharu dan bahagia kini menyelinap di hatiku, dengan bersegera ku hapus airmataku dengan kedua tanganku. Ku angkat wajahku memandang kea rah wajah suamiku, dengan sedikit gemetar aku raih tangan kanannya dan mencium tangannya tanda hormatku padanya. Kini hatiku mulai yakin bahwa dialah jodoh yang telah Allah tetapkan untukku, hatiku mulai akur untuk menerima keberadaannya.

“Maafkan Leeysa abang. Insya Allah Leeysa akan jadi istri yang sempurna di mata abang. Leeysa juga bukan wanita yang sempurna dan Leeysa juga janji akan mencintai abang dengan cara yang sempurna kerana Allah, ingatkan Leeysa di kala Leeysa terlupa, bimbing Leeysa untuk menjadi istri yang shalihah. Dan terimakasih kerena sudah mau menerima leeysa apa adanya dan mencintai aleeysa dengan cara yang sederhana. “ ucapku dengan lirih.

Zafran menarik tanganku dengan lembut kemudian dia meletakkan tangannya pada dahiku seraya berdoa ‘ allahumma inni as’aluka min khairiha wa khairi maa jabaltaha alaih. Wa a’udzubika min syarri wa syarri maa jabaltaha alaih. (Wahai Allah sesungguhnya aku memohon kepada-MU kebaikannya dan kebaikan dari apa yang Engkau berikan kepadanya serta aku berlindung kepada-Mu daripada keburukannya dan keburukan yang Engkau berikan padanya)

“Leeysa kita sama-sama melangkahkan kaki membina sebuah rumah tangga berlandaskan cinta kita kepada Allah, mengharap ridho-Nya dengan harapan cinta kita akan kekal hingga ke jannah-Nya.” Ucapnya lirih padaku.

Bila hati kata cinta
Maka diri tak mampu menepisnya
Bila hati kata cinta
Maka raga pun ikut merasakannya
Bila hati kata cinta
Kebahagiaan akan di rasa
Bila hati kata cinta
Keindahan akan menjelma
Bila hati kata cinta
Akan ku terima kau dengan lapang dada
Akan ku terima kau dengan hati yang terbuka
Bila hati kata cinta
Hanya keikhlasan yang ada
Hanya senyuman sebagai pengganti kata-kata

Bila hati kata cinta
Tak pandang rupa atau harta
Yang ada ketulusan dari dalam dada

****TAMAT****

Bila Hati kata cinta Part II

Pak Mahdi, Bi Ratih... Aleeysa pergi dulu yah dah siang nih nanti terlambat sampai tempat kerjaan." kataku sambil mendekati paman dan bibi yang sedang sibuk membersihkan pekarangan rumah belakang.

"Iya hati-hati di jalan.." ucap paman dan bibi hampir bersamaan
Baru beberapa kaki ini melangkah meninggalkan mereka bibi berlari mengejarku dan memberikan sebuah bingkisan kecil berwarna merah muda.
"Aleeysa tunggu, ini ada titipan dari ilham, kemarin sore waktu kamu belum pulang dari kuliah dia sempat datang dan menitipkan hadiah ini pada bibi." 

"Ilham itu siapa bi?" tanyaku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

"Ilham bakal suami kamu, ckckck....ini anak bakal suami sendiri ga tau namanya, gimana sih kamu?" ucapnya lagi.

"Ouh... Nama calon suami Aleeysa Ilham toh. Gimana Lisa mau tau namanya, bibi ga pernah kasih tau nama calon suami Lisa pada Lisa." ucapku sambil mengambil bingkisan yang sedari tadi berada di tangan bibi

"Ya sudah bi, Lisa berangkat dulu sudah terlambat nih bi, sampaikan terimakasih pada ilham kalau dia datang lagi kerumah. " ucapku lagi

Aku pun berpamitan dengan bibi tak lupa ku ucapkan salam dan mencium tangannya sebagai tanda hormat dan sayangku padanya. Bibi dan Paman sudah banyak berkorban untuk membesarkanku. Paman dan Bibiku memberikan kasih sayangnya yang begitu tulus untukku. Ditangan merekalah aku di didik dan dijaga dengan kasih sayang yang melimpah.

Mentari sudah mulai memancarkan sinarnya, udara pagi yang sejuk sudah mulai berganti dengan kehangatan sinar mentari pagi, embun-embun yang bergelayutan di daunan mulai tidak kelihatan lagi. 

Ku pandangi setiap angkutan umum yang lewat, namun angkutan umum yang aku tunggu tak kunjung tiba, aku mulai resah, aku mulai tidak bisa tenang duduk di halte itu, aku berjalan mondar-mandir kekiri kanan berharap angkutan yang aku tunggu segera tiba. Ku lihat jam yang ada di pegelangan tanganku menunjukan pukul 08.15, wah aku bisa terlambat nih, bisiku lirih dalam hati. 

Sedang asyik memperhatikan mobil dan angkutan berlalu lalang, tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan aku berdiri. Sang pemilik mobil menurunkan kaca jendela mobil sehingga terlihat dengan jelas siapa gerangan pemilik mobil yang berhenti itu.

"Aleeysa... Sedang apa aleeysa berdiri di sini sendirian." tanyanya padaku 

"Sedang menunggu angkutan umum lah pak, ga mungkin kan pak kalau saya di sini sedang nonton TV." jawabku dengan sedikit bercanda.

"Ouh yah.. Ini halte yah lupa pula saya.." ucapnya sambil tersenyum.

"Aleeysa.. Mau tumpang bareng dengan saya?" Tanyanya padaku

"Terimakasih pak, saya tunggu angkutan umum saja lagian tidak elok rasanya kita berdua-duaan dalam mobil, kita bukan mahrom. dan nanti kalau ada karyawan bapak yang lihat,saya khawatir mereka bicara yang tidak-tidak tentang saya." ucapku padanya mencoba menolak tawarannya.

"Aleeysa, cepat masuk mobil saya, nanti kita terlambat sampai kantor, aleeysa akan menunggu di sini sampai kapan. Lihat sudah pukul berapa sekarang, aleysa sudah terlambatkan? Aleeysa kita tidak berdua kok di mobil, lihat di sebelah tempat duduk saya ada Balqis keponakan saya." ucapnya padaku mencoba menerangkan

Dengan ragu-ragu akhirnya aku terima juga tawarannya. Aku terhimpit di antara dua pilihan antara ikut dengan dia atau menunggu angkutan umum yang entah kapan akan tiba. Jika aku menolak tawarannya, yang pasti aku akan terlambat sampai di tempat kerja. Namun jika aku menerima tawarannya dan nanti ada karyawannya yang melihat aku satu mobil dengannya aku takut menjadi buah bibir di kantor yang menjadi miliknya. Aku serba salah di buatnya meskipun pada akhirnya aku memilih untuk menerima tawarannya.

Aku hanya diam membisu di dalam mobil milik nya. Tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirku, dan aku sendiri pun tak tahu apa yang perlu aku ucapkan. Sehingga aku lebih memilih diam dan mendengarkan Balqis dan Oomnya bercerita.

"Omm Zaf.. Tante yang duduk di belakang itu siapa namanya, Qis lupa namanya?" tanya Balqis pada Zafran

" Coba Balqis tanya sendiri sama tante." jawab Zafran.

"Tante namanya siapa? Kalau nama aku Balqis syahreeza amalia.." 
tanyanya padaku dengan nada yang begitu polos dan manja

"Nama Tante Aleeysa ameera, Balqis boleh panggil tante Lisa saja.." ucapku padanya.

"Wah.. Nama tante cantik sama seperti tante cantiknya." pujinya padaku

"Lebih cantik lagi Balqis, oh ya Balqis sekolah di mana?" tanyaku

"Balqis sekolah di dekat kantor Oom Zafran, tante juga kerja di kantor Oom Zafran yah?" tanyanya padaku

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan tersenyum padanya.
"Sudah Aleeysa ga usah di jawab lagi pertanyaan Balqis nanti ga habis- habis dia bicara." ucap Zafran 

"sekarang giliran Oom yang tanya sama tante Aleeysa, Balqis hanya boleh dengarkan saja yah." ucap Zafran pada keponakannya yang lucu dan imut itu.

Mendengar apa yang di katakan Zafran pada keponakannya, jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang. Berbagai macam pertanyaan yang tidak ada jawabannya mulai bermain di otakku. 

"Aleeysa sekarang sudah semester berapa kuliahnya? Tanyanya padaku dengan nada yang cukup serius.

"semester akhir pak.. Insya Allah kalau tidak ada halangan 3 bulan lagi akan wisuda." jawabku

"Kenapa Aleeysa memilih menjadi cleaning service, sedangkan masih ada kerjaan yang pantas untuk Aleeysa." tanyanya lagi.
Wah si boss sudah kayak wartawan aja tanyanya. Dah kayak orang penting aja aku ditanya-tanya sama Bigboss. Bisikku dalam hati
"Saya enjoy pak bekerja sebagai clearning service, banyak pengalaman yang saya ambil darinya. Apapun pekerjaan itu akan saya nikmati selama pekerjaan itu halal dan bermanfaat untuk yang lain." jawabku lagi.
Ku lihat Dia menganguk-anggukan kepalanya sebagai tanda menyetujui apa yang aku ucapkan
"Beruntung sekali suami aleeysa nanti mendapat istri sebijak dan sebaik Aleeysa." ucapnya memujiku

"Saya dengar aleeysa akan menikah bulan depan. Dibulan yang sama aku juga akan menikah, kalau boleh saya tahu aleeysa menikah dengan orang mana?" tanyanya lagi

Mendengar pertanyaannya aku jadi bingung tidak tau mau menjawab apa. Aku tidak menyangka dia tahu banyak tentang kehidupanku. Berbagai pertanyaan yang tidak ada jawabannya mulai bermain-main di otakku. Kenapa boss tahu banyak tentang diri aku sedangkan dia baru satu bulan jadi boss aku. Pikirku lagi 

"Aku tidak tahu dia orang mana pak, namanya saja baru saya tahu tadi pagi dari bibi saya. Calon suami saya adalah pilihan keluarga. Saya tidak mengenal dia, tapi saya yakin pilihan keluarga saya pasti yang terbaik untuk saya." jawabku.

Zafran menarik nafas dalam-dalam. Ada rasa lega yang menyelinap di hatinya. Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah Engkau pilihkan dia untuk aku. bisik zafran dalam hati.

"Aleeysa tidak tahu siapa namanya, kalau suami yang menjadi pilihan keluarga Aleeysa tidak sebaik yang Aleeysa sangka adakah Aleeysa sudi menerimanya?" tanyanya lagi

"Baik buruknya seseorang bukan saya yang menilai tapi Allah, saya tidak berhak menghakimi baik dan buruknya seseorang. Manusia tidak ada yang sempurna, saya sendiri belum tentu lebih baik darinya. Jika dia yang Allah takdirkan untuk jadi jodoh saya, insya Allah akan saya terima dia dengan lapang dada, akan saya terima dia dengan hati yang terbuka. Kalau kesempurnaan yang saya cari pasti kekecewaan yang akan saya dapati." jawabku panjang lebar.

Terimakasih aleeysa, Zafran janji akan jadi suami yang baik untuk Aleeysa, Zafran membutuhkan Aleeysa. Bantu Zafran untuk mendekatkan diri pada Allah Sang Pemilik alam semesta. Bisik zafran dalam hati.

Mobil yang di kendarai Zafran berhenti tepat di depan kantor, aku bergegas keluar dari mobil. Alhamdulillah tidak ada orang yang melihat aku, bisikku lirih dalam hati. Sebelum aku turun dari mobil ku alihkan pandanganku pada Balqis, niat hati ingin mengucapkan selamat tinggal padanya, namun melihat dia tidur nyenyak ku urungkan niatku. Ku ucapkan terimakasih pada bossku sebelum kaki ku melangkah keluar dari mobil. 

"Aleeysa tunggu... Jaga diri Aleeysa baik-baik yah.. Terimakasih karena sudah mau menerima Zafran. Tetaplah tunggu zafran, insya Allah Zafran akan segera datang pada Aleeysa." ucapnya padaku sebelum dia berlalu pergi.

Aku berdiri seperti patung yang bernyawa mendengar apa yang di katakan olehnya. Apa maksud dari perkataannya aku sendiri tak tahu. Kenapa tiba-tiba dia berkata seperti itu padaku. Dia bukan siapa-siapa aku, dia hanya boss tempat aku bekerja. Tak sepantasnya di berkata seperti itu padaku. Ada benarnya juga apa yang di katakan Tika kalau boss baru aku agak aneh sikapnya. Pikirku lagi.

"Lisa..kamu sedang apa bengong di situ? Sudah datang terlambat pakai acara bengong lagi?" ucap Tika padaku yang sempat membuatku terkejut.

"Maaf Tika tadi aku lama tunggu bus, nasib baik ada orang yang bagi aku tumpangan." ujarku pada Tika

aku bergegas masuk ke dalam kantor milik Zafran untuk melaksanakan tanggung jawabku sebagai pekerja di kantor itu.
***
Besok merupakan hari yang bersejarah untuk Zafran, penantian yang cukup panjang akhirnya akan berganti menjadi kebahagiaan, kerinduan yang selama ini tersimpan rapi dalam hati akan segera terobati. Aleeysa gadis yang mencuri hatinya sebentar lagi akan di persunting olehnya.

Zafran tidak sabar menunggu hari bahagia itu, ia sendiri tidak tahu bagimana caranya ia mengungkapan segala perasaan yang tertimbun hatinya, hanya pada Allah segala perasaan ia ungkapan. Sedih, senang, galau, kecewa hanya kepada Allah tempat ia bercerita. Zafran akan merasa tenang dan damai dengan Allah semata. Jika kedamaian sudah di dapat, Zafran akan menuliskan segala perasaan yang ada pada diari kecil berwarna hitam yang menjadi teman kesehariannya.

Sebuah bait puisi yang indah ia tulis. Jari-jarinya begitu lincah menggoreskan pena bertinta emas merangkai kata demi kata menjadi bait puisi yang indah sebagai luahan dari perasaannya. 

Bila hati kata cinta
Maka diri tak mampu menepisnya
Bila hati kata cinta
Maka raga pun ikut merasakannya

Bila hati kata cinta
Kebahagiaan akan di rasa
Bila hati kata cinta
Keindahan akan menjelma

Bila hati kata cinta
Akan ku terima kau dengan lapang dada
Akan ku terima kau dengan hati yang terbuka

Bila hati kata cinta
Hanya keikhlasan yang ada
Hanya senyuman sebagai pengganti kata-kata

Bila hati kata cinta
Tak pandang rupa atau harta
Yang ada ketulusan dari dalam dada
Bila hati kata cinta 

Maka Ilham Zafran muchtar akan selalu ada
Untukmu wahai Aleeysa Ameera.

Di akhir puisi yang di tulis, Zafran menulis kata-kata cinta yang di tulis oleh kahlil gibran. Seorang pujangga cinta yang sangat terkenal dengan kata-kata mutiara cintanya.

"aku ingin mencintaimu dengan sederhana..
Seperti kata yang tak sempat di ucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu..

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..
Seperti isyarat yang tak sempat di kiirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."(kahlil gibran)

Apa reaksi Aleeysa begitu mengetahui bahwa suaminya adalah bossnya? 

cerpen : Bila Hati Kata Cinta part 1

Aku adalah seorang yatim piatu yang sudah tidak memiliki ayah dan ibu lagi. Orangtuaku meninggal akibat kecelakaan 10 tahun yang lalu. Semenjak itu aku di jaga dan di rawat oleh paman dan bibiku. Mereka sangat menyayangi aku, dan aku juga sangat menyayangi mereka. Karena mereka keluarga yang aku miliki. Satu minggu yang lalu, paman dan bibiku menjodohkanku dengan seorang laki-laki yang menurut mereka masih saudara jauh ayah dan ibuku. Tanpa pikir panjang aku pun menerimanya, aku yakin bahwa pilihan mereka adalah yang terbaik untukku. Mereka tidak mungkin memilih sembarang orang. 

Aku sama sekali belum pernah melihat bakal suami aku, bahkan pada saat ia meminang, aku pun tidak bertemu dengan nya, aku hanya bertemu dengan ayah dan ibu nya saja. Yang anehnya lagi aku pun tidak tau siapa namanya. Aku tidak pernah menanyakan nama laki-laki itu pada paman dan bibiku. Aku sudah bertekad akan mengenalinya dan melihatnya pada saat ijab-kabul sudah di ucapkan, dan mahar sudah diserah terimakan
Mungkin aneh bagi sebagian orang tapi tidak menurutku. Aku yakin bahwa cinta yang di jalin di atas jalan yang benar akan terlahir cinta yang suci dan sejati. 

"Lisa, kamu di panggil tuh sama anak boss di ruangannya." panggil tika mengagetkan lamunanku
"wah anak bos, sejak kapan anak boss ada di sini.." tanyaku keheranan.
"ga penting untuk kita tahu sejak kapan, yang aku tahu dia panggil kamu, dan dia akan bekerja disini menggantikan papanya, dah cepetan sana nanti dia ngamuk loh, banyak yang bilang kalau dia itu lain dari pada yang lain, dia suka marah-marah." Ucapnya lagi.
"Dari mana kamu tau yang dia suka marah-marah? Emang kamu pernah di marahin sama dia?" tanyaku pada Tika
"Banyak karyawan perusahaan kita yang cerita tentang dia di luar sana."
"hmmm... Kamu korban gosip mungkin..." ucapku
"siapa tau berita itu benar adanya, mana mungkin daun bergerak tanpa ditiup angin kan, cepatlah kamu pergi keruangannya." perintahnya padaku

Tanpa berpikir panjang aku melangkahkan kakiku menuju ruangan bos, kenapa tiba-tiba ada rasa takut dan cemas yang menyelinap di dalam hatiku, padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan takut pada siapapun. Aku tarik napas dalam-dalam mencoba untuk menghilangkan segala rasa takut dan cemas di dalam hatiku. Aku baca bismillah dan memberanikan diri mengetuk pintu ruangan boss baruku.

Ku buka pintu perlahan setelah di izinkan masuk oleh si pemilik ruangan, ku lihat seorang pemuda tengah duduk membelakangiku, ku atur langkahku sedemikian rupa berjalan mendekati meja kerjanya. 

"assalamu'alaikum pak, tadi Tika bilang bapak panggil saya ada yang bisa saya bantu pak?" ucapku dengan suara yang cukup sopan

Mendengar pertanyaanku tuan si pemilik ruangan memutar kursinya menghadap kearahku. Lama si tuan tidak berbicara, yang aku rasakan dia sedang memandangku. Aku sama sekali tidak berani mengangkat kepalaku. Aku benar-benar merasakan cemas dan takut. Hanya Allah saja yang tahu apa yang di rasakan hatiku saat itu

"Aleysa..." panggilnya dengan suara yang cukup pelan
"Iya pak," aku belum berani mengangkat kepalaku dan melihatnya, yang aku pikirkan saat ini kenapa orang ini tau namaku dan bisa menyebut nama panjangku dengan sangat fasih, sedangkan aku hanya seorang cleaning service di kantor ini. 

"Tolong buatkan saya kopi, jangan terlalu manis, setelah itu kamu tolong saya bersihkan lemari tempat file-file saya yang ada di pojok sana."ucapnya sambil menunjukan padaku sebuah lemari besar yang berisi file-file perusahaan.

"Baik pak." ku anggukan kepalaku, kemudian aku berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Alhamdulillah ternyata dia tidak segalak yang aku sangkakan.." bisikku dalam hati begitu aku keluar dari ruangannya, aku bergegas ke dapur untuk membuat kopi pesanannya, beberapa menit kemudian aku sudah berada diruangan itu untuk membersihkan lemari dari kotoran dan debu. Aku sangat merasa tidak nyaman berada diruangannya, apalagi aku merasakan kalau ada sepasang mata yang sedang memperhatikanku, meskipun aku tidak melihatnya tapi bisa merasakan yang sipemilik ruangan sedang memperhatikan gerak-gerikku. Ku percepat pekerjaanku aku tidak ingin berlama-lama di dalam ruangannya.

Setelah pekerjaanku selesai aku segera bergegas meninggalkan ruangan itu. Aku melihat dia sedang sibuk dengan file-fila yang menumpuk di atas mejanya. Baru saja kaki ini bergerak ke arah pintu. Terdengar satu suara memanggilku.

"Aleysa tunggu sebentar."
Seketika itu juga ku hentikan langkahku dan membalikkan badanku ke arahnya. Ku lihat dia berjalan mendekatiku, dia menghulurkan dua lembar kertas 100 ribuan padaku.
"Aleysa ini untuk kamu, sebagai ucapan terimakasih ku kepadamu karena kamu telah membantu aku membersihkan lemari file aku. ucapnya 
" Maaf pak,saya tidak bisa menerimanya. Itu memang sudah menjadi tanggung jawab saya untuk membersihkannya, dan uang itu cukup banyak, maaf pak saya tidak bisa menerimanya." Ucapku dengan suara sesopan mungkin
"Terimalah Aleysa, buat tambahan uang kuliah kamu." ucapnya lagi
"Tapi pak..." 
Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku dia sudah memotong pembicaraanku.
"Tidak ada tapi-tapi... Sekarang terimalah, jika kamu tidak terima aku akan marah sama kamu."

Mendengar ancamannya ada rasa takut yang menyelinap dalam hatiku, tanpa berpikir panjang aku ambil uang yang ada di tangannya, ku ucapkan terimakasih padanya dan bersegera meninggalkannya.

Aku duduk sendirian di pinggir ruangan tempat yang biasa aku gunakan untuk melepas lelah, aku teringat dengan sikap boss baruku yang aku rasakan cukup aneh, kenapa dia memberikan aku uang dan kenapa dia tahu kalau aku sedang kuliah sedangkan dia baru pertama kali melihatku dan aku pun baru pertama kali melihatnya. Pikirku dalam hati. Mungkin dia tahu dari staf-staf yang ada di sini, pikirku lagi.
***
Senja merah di langit kini sudah menghilang, bergantikan bulan dan bintang sebagai penghias malam, kuasa Allah menciptakan itu semua, Kuasa Allah juga yang mempergilirkan malam dan siang tanpa pernah siang mendahului malam ataupun malam mendahului siang, tiada yang bisa melakukan semua itu kecuali Allah Pencipta makhluk di seluruh alam semesta.

Samar- samar terdengar suara adzan dari masjid, seruan adzan yang bisa menggetarkan hati setiap orang beriman. Orang yang merindukan kebahagiaan dan mengharapkan keridhaan dari Allah Sang Pemilik kehidupan.

Zafran sudah berpakaian solat lengkap, dan bergegas untuk pergi kemasjid yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Baru saja kaki nya hendak melangkah kelur rumah ada suara dari dalam rumahnya memanggilnya.
"Zafran, mau kemana?" tanya papahnya
"Mau ke masjid, papah mau ke masjid juga? kita pergi sama-sama ya pah? Ajakku pada papah,meskipun aku sudah tau papah akan menolaknya.
"Kamu pergi duluan aja deh, nanti papah solat di rumah saja." jawabnya 
"Ya sudah kalau begitu Zafran pergi dulu takut ketinggalan jama'ah, papah jangan lupa solat ajak mamah sekali. Sudah lama pah, hidup kita jauh dari Allah, sudah saat nya kita kembali ke pangkal jalan yang benar." ucapku pada papahku sebelum aku berlalu pergi meninggalkannya.

Jama'ah solat isya sudah mulai kembali kerumahnya masing-masing, tinggal satu -dua jama'ah yang sedang melaksanakan sholat rawatib termasuk aku salah satunya. Kedamaian dan ketentraman aku rasakan bila berada di rumah Allah ini. Aku ingin berlama-lama dimasjid di tempat yang mulia dan penuh barakah. Seusai menunaikan sholat aku tengadahkan kedua tanganku, sebait untaian doa menghiasi bibirku.

Ya Allah..
Hamba sadar terlalu banyak waktu yang hamba buang sia-sia
Ya Allah..
Hamba sadar sudah terlalu lama hamba lalai dalam mengingat-Mu
Hamba ingin kembali ke pangkal jalan-Mu 
Ya Allah..
Bimbing hamba..
Tuntun hamba untuk menapaki jalan menuju syurga-Mu
Permudahkanlah hamba untuk melalui jalan itu
Jalan yang Engkau ridhai
Jalan yang bisa mempertemukan aku dengan-Mu
Ya Allah..
Engkaulah yang menghadirkan rasa cinta di hati ini.
Izinkan aku mencintainya karena-Mu Ya Allah..
Meskipun aku jauh dari sempurna
Namun aku yakin dengan cinta-Mu, aku dapat menjadikan cinta menjadi sempurna.
Ya Allah..
Lindungilah orang-orang yang aku cintai
Berikanlah hidayah-Mu untuk ayah dan ibuku
Engkau yang kuasa membolak-balikan hatinya
Sangat mudah bagi-Mu untuk menjadikan mereka tunduk dan patuh kepada-Mu
Kumpulkan kami dalam naungan cinta-Mu
Kumpulkan kami dalam syurga firdaus-Mu
Aamiin Yaa Rabbal'alamiin
***
Malam kian larut, derap langkah kaki manusia tak lagi terdengar, yang terdengar hanya desahan nafas manusia yang tengah merajut mimpi indahnya.

Disebuah kamar yang cukup besar, zafran masih belum bisa memejamkan matanya, dia masih teringat dengan aleeysa yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Sampai detik ini aleeysa belum tau bahwa zafran adalah calon suaminya. Zafran yang merupakan boss baru di tempat kerjanya.
Zafran ingin sekali berterus terang sama Aleeysa, namun setiap kali bertemu dengannya bibir ini seakan-akan kelu untuk berkata, ada rasa ragu dan takut jika nanti aleeysa menolak dan tidak menerimanya. Yang bisa Zafraan lakukan adalah menunggu hingga waktu yang berbicara.
Di sebuah buku kecil berwarna hitam zafran meluahkan segala keresahan yang sering kali bertandang di hatinya.

10 november 2013
Betapa gembiranya hati ini ketika mendengar aleeysa menerima lamaranku, betapa tidak gadis yang aku suka dalam diam semenjak 10 tahun yang lalu sebentar lagi akan menjadi istriku.

Aleeysa namanya, seorang gadis muslimah yang elok tingkah lakunya, kerudung panjang yang ia kenakan melambangkan keimanan yang ada di dalam hatinya.

Selama 10 tahun aku tidak melihatnya, terakhir aku melihatnya satu minggu sebelum aku membuat keputusan untuk melamarnya. Yang menjadi pertanyaan di dalam hatiku apakah dia tau siapa aku? Mengapa dia begitu mudah menerima lamaranku sedangkan dia belum tau dan mengenal siapa aku.

Aleeysa engkau gadis yang sempurna, sedang aku banyak kekurangannya, sudikah kiranya jika kau membantuku untuk mengenal Allah lebih dekat. Sudikah engkau menjadi partner hidupku yang bisa menghantarkan aku pada keridhaan Rabbku?

Aleeysa maafkan aku yang belum bisa berterus terang padamu tentang siapa aku, namun aku harap engkau akan menerimaku seadanya, dengan segala kekurangan dan kelebihanku.

Aku akan tetap mencintaimu dalam diamku, dan bila hati berkata cinta maka diri ini tidak bisa menepisnya.

Tunggu sambungannya yah...